Beberapa Info bagi yang berminat :

Selasa, 12 Mei 2009

Pensiunan Dokter Bedah Sukses Bertani Durian Lima Anaknya Jadi Orang dari Hasil Durian

Bangga dan bahagia. Mungkin ITU yang dirasakan Suparno, 75, beserta istri, Siti Salami, 62. Pensiunan dokter bedah RSUD Pandan Arang Boyolali ini sudah mendapatkan apa yang dicita-citakan.

DI usia lanjut, Suparno tampak masih segar bugar. Untuk mengisi masa tuanya, hampir setiap hari dihabiskan di kebun seluas 2 haktare. Di kebun miliknya itu, dia mengolah tanah yang bisa dibilang subur.

Hal itu terlihat berbagai jenis tanaman bisa tumbuh subur di kebun Suparno. Saat >RADAR SOLO<>Nah<, di saat musim hujan sekarang ini, wajah Suparno tampak sumringah. Sebab, sembilan pohon duriannya berbuah semua. Usia pohon duriannya bervariasi. Ada yang sudah berumur 40 tahun dan ada juga yang baru 6 tahun dan 7 tahun. Meski masih ada pohon yang tergolong muda usia , kali ini pohon durian yang ada berbuah semua. "Lihat saja itu, Mas, pohon yang berusia baru 6 tahun sudah berbuah banyak," kata warga Singosari RT 05 RW 02, Mojosongo, Boyolali, ini sambil menunjuk pohon durian dimaksud.

Memang tahun ini menjadi berkah bagi Suparno. Pasalnya, setiap pohon durian berusia muda berbuah sedikitnya 100 biji. Yang usia pohon sudah puluhan tahun, per pohon mampu menghasilkan 500 biji durian. Setiap kali panen, Suparno mampu meraup uang sedikitnya Rp 15 juta. Dia tidak sulit menjual duriannya. Kata dia, setiap kali panen pedagang besar durian dari kota pasti datang membelinya. Sehingga, setiap panen dirinya hanya melihat hasil bersih penjualannya. Hasil penjualan buah duriannya, hanya dinikmati berdua saja dengan sang istri. Sebab, setelah anak-anaknya - yang berjumlah 5 orang - sudah >mentas< (berumah tangga), semua bermukim di luar daerah. "Dulu, hasil panen durian memang untuk membiayai sekolah dan kuliah anak-anak kami hingga jadi orang. Sekarang tidak, Mas. Semua anak kami sudah berumah tangga dan punya pekerjaan tetap. Jadi hasil bertani durian ini kami nikmati sendiri bersama istri tercinta, hehehe," tutur Suparno dengan wajah sumringah.

Anaknya ada yang dosen, dokter dan pegawai BUMN sendiri. Hal inilah yang membuat dia dan istri merasa bahagia dan tinggal menikmati masa tuanya sembari mengawasi anak dan cucunya dari kejahuan."Ya, saya dan istri merasa bangga dengan apa yang sudah kami capai selama ini,"tutur pensiunan PNS itu
Suparno dan istri merasa bahagia dan bangga bukan saja karena anak-anaknya sudah mapan hidupnya.Namun, ada hal lain yang membuat ia dan istri meras lebih dari itu.Apa itu. Pak? "Meski sudah usia senja, saya masih dipercaya pemerintah menjadi tenaga kontrak di RSUD Pandan Arang sekitar 6 tahun," papar suami Siti Salami itu. (nar)

Sumber : www.radarsolo.net

Senin, 11 Mei 2009

Mahasiswa Pengembang Rumah Murah


Usianya masih muda, 23 tahun. Namun Elang Gumilang sudah bisa membuat perumahan sendiri.

Setelah mengembara di beberapa tempat dan mengecap ragam pekerjaan, bisnis pengembang perumahan menjadi pilihan Elang Gumilang. Tak banyak anak muda, apalagi yang masih bergelut dengan buku sebagai mahasiswa, mau terjun ke dunia yang dikenal keras. Niatnya satu, membantu masyarakat memiliki rumah dengan harga terjangkau.

Naluri bisnis menyala sejak kecil dalam hati Elang. Pemuda kelahiran Bogor 23 tahun lalu ini sempat merasai melompat-lompat dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain. Membuat donat dan menjualnya keliling, menjadi tukang minyak goreng, jualan bohlam lampu, menjadi segelintir pengalamannya meniti bisnis.

“Sejak SMA, saya sudah mencoba belasan pekerjaan sebelum akhirnya memutuskan di bisnis properti,” urai Elang, kepada VIVAnews, akhir pekan waktu lalu.

Elang berfikir, masih banyaknya masyarakat yang tidak memiliki rumah sendiri. Tentunya, karena harganya yang terlalu mahal. Lantas kondisi ini dijadikan sebagai peluang. “Ada 75 juta penduduk kita yang membutuhkan rumah. Sambil sebagai ibadah membantu orang juga,” katanya.

Setelah melalui pertimbangan mendalam, Elang akhirnya terjun ke dunia properti. Awal 2005 Elang mulai bergerak. Bermodal kepercayaan, dan tentu saja patungan modal dari teman-temannya. Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) ini mulai membeli sepetak tanah dan membangun rumah pertamanya.

Rumah sederhana berukuran 22 meter persegi dengan luas tanah 60 meter persegi (tipe 22/60) lahir pertama kali. Langsung berpindah tangan ke pemilik baru. “Modalnya cukuplah dari hasil kumpul-kumpul dengan teman dari SMA dan kuliah,” katanya soal awal usahanya.

Rumah Murah Rp 23 Juta - Rp 33 Juta
Berbenderol Rp 23 juta per unit, harga rumah ini diperuntukkan kalangan masyarakat menengah ke bawah . Sembari mengenang, jumlah pekerja yang bersamanya pun masih segelintir orang, sekitar tujuh orang untuk mengurusi administrasi hingga pemasaran.

Bangun bertumbuh dari satu unit menjadi tiga unit hingga kini ia berhasil membangun 200 unit rumah. Targetnya, Elang bisa membangun 2.000 unit rumah sederhana di bawah bendera perusahaan Semesta Guna Grup, miliknya.

Pemuda yang sempat berpindah-pindah dari Sukabumi, Bandung, dan kini menetap di Bogor ini semakin menajamkan intuisinya mengenai kebutuhan perumahaan. Dugaannya tak salah, dalam setahun saja investasi yang ditanamkan naik berlipat. Nilai jual objek pajak (NJOP) tanah yang tadinya hanya Rp 50 ribu misalnya, dalam setahun menjulang hingga lima kali lipat.

Di Cilebut dan Cinangka Kabupaten Bogor saja, sudah puluhan hektare ia bebaskan untuk membangun ratusan unit perumahannya. Bahkan, kini ia percaya diri menyediakan perumahaan dalam skala besar. Elang juga mendapatkan kontrak membangun 500 unit perumahan untuk karyawan sebuah perusahaan di Cilebut.

Sementara kawasan perumahan yang dibangun untuk umum 300 unit di Cinangka tak tersisa barang satupun alias sold out. Omzet per bulan yang Elang nikmati kini cukup membuat orang tercengang. Tak kurang dari Rp 20 miliar per tahun dapat ia bukukan. Belum lagi dari kontrak pre periodik terbarunya menambah Rp 80 miliar hingga Rp 100 miliar ke bisnisnya.

Bisnisnya yang berpusat di dekat Kampus IPB, tepatnya Jalan Raya Darmaga Nomor 31 ini, kini merambah dan mempekerjakan orang hingga ratusan karyawan setiap proyeknya. Tak kurang dari 30 tenaga adminitrasi dan 100 pekerja di setiap proyek siap membantunya.

Pertahankan Kepemilikan 40 Persen
Usia perusahaan yang masih belia serta kondisi yang belum stabil menjadi salahsatu batu sandungan usahanya. Kekurangan modal dan masyarakat sekitar terkadang membuatnya memeras otak mencari jalan keluar. Untunglah, naluri bisnis membuatnya tak kehabisan akal.

Bila terbentur persoalan dana, Elang akan mencari penyandang dana dengan sistem bagi hasil. “Kebetulan latar pendidikan saya dari ekonomi, sedikit-sedikit tahu jurusnya,” katanya. Meskipun demikian, ia tetap mempertahankan komposisi kepemilikan sebesar 40 persen.

Naiknya harga bahan baku membuatnya perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian. Bila dahulu Elang melepas satu unit rumah sederhana seharga Rp23 juta per unit, sekarang rencana anggaran biaya (RAB) mencapai Rp33 juta per unit . Dengan jumlah itu baru bisa menutupi biaya produksi sekaligus memberi keuntungan.

Untunglah bergerak di bidang perumahan rakyat membuat konsumennya mendapat bantuan kredit perumahan pemerintah. “Peminat tak terpengaruh dan masih banyak orang yang mencari,” katanya tersenyum.

Masalah premanisme dan penolakan dari masyarakat sekitar sempat menjadi batu sandungan dalam memperluas bisnisnya. Di sinilah, kata Elang, peran sebagai bagian masyarakat punya kuasa menolong. Tak jarang, pendekatan personal yang dia lakukan bersama timnya membuahkan pengertian dan bantuan dari masyarakat.

Kini, selain mengurusi bisnisnya, Elang sibuk mengejar gelar Sarjana Ekonomi. Bercita-cita membangun lebih banyak perumahan bagi khalayak menengah ke bawah. Pemuda yang di sela-sela kesibukannya banyak diundang menjadi pembicara dalam seminar juga mulai melebarkan perusahaannya ke bidang lain seperti pengadaan minyak goreng dan berbagai produk UKM.

Dalam berbagai kesempatan, ia menularkan motto memulai bisnis. “Lihat peluang yang belum terpikirkan orang lain dan ikuti aturan yang ada, insyaallah berhasil.”Usianya masih muda, 23 tahun. Namun Elang Gumilang sudah bisa membuat perumahan sendiri.

Sumber : VIVAnews
http://kosmo.vivanews.com

Laris Manis Jualan Embun


Karena harganya mahal, target pasar produk ini adalah kalangan masyarakat peduli kesehatan

Manisnya pasar dirasakan PT Eternair Water Indonesia. Menyajikan produk asli Indonesia yang unik Purence, membuat produsen air dari embun ini menuai antusiasme pembeli.

Menggunakan teknologi tinggi PT Eternair yang pabriknya berada di Curug Gunung Sindur Bogor memproduksi air minum dengan systematized dew process (SDP). Hasilnya, air murni bermerek Purence menarik potensial buyer dari Hongkong, Swedia, dan Polandia.

Tempat dengan kelembapan tinggi adalah tempat ideal menghasilkan air murni. Purence juga sudah diekspor ke Singapura dan Dubai. Dalam kemasan elegan botol plastik warna-warni seperti kuning, merah, ungu, biru, Purence banyak menarik perhatian pembeli domestik dan internasional.

Plant Manager PT Eternair Anastasia Trianita HS mengatakan, pihaknya menerima order dari beberapa pengusaha dalam negeri untuk memasarkan produknya. Tak heran, sejak eksis 8 Maret 2006 silam, produksinya mencapai 500 karton/bulan. Kini, nilai produksinya meningkat hingga 300 persen mencapai 15.000 karton per bulan. "Order ini membuat angka produksi kami meningkat," terangnya, kepada VIVAnews beberapa waktu lalu.

Sumber pembuatan airnya unik, tangkapannya air dari kelembapan udara alias embun. Melalui SDP, PT Eternair menghasilkan air murni yang bebas partikel padat dan mineral anorganik yang tak berguna bahkan merugikan bagi tubuh. Menurut penelitian San Antonio Testing Laboratory di Amerika Serikat, air dari hasil SDP merupakan air termurni yang pernah diteliti selama 16 tahun.

Teknologi baru pengolahan air ini pun menjaring perhatian calon investor untuk membangun pabrik di daerah mereka. Rencana ke depan, pihaknya juga berniat membangun beberapa pabrik di daerah dengan kelembapan tinggi seperti di Hawaii pada 2010. "Sekarang sudah ada pengusaha asal Hawaii yang menyatakan tertarik untuk bergabung," katanya. Memang dalam jangka menengah pihaknya berniat mendekatkan produk dengan konsumen dan memotong biaya pelayaran (shipping cost) dengan membangun pabrik di Negara potensial kelembapan tinggi.

Produk yang memang terlihat elegan daripada air kemasan biasa dijual di pasaran memang berkali lipat lebih mahal. Harga ritel sebotol kemasan 330 mililiter mencapai Rp 11.000 - 12.000 per botol. Memang, Anita melanjutkan, target awalnya adalah kalangan masyarakat yang peduli kesehatan. "Sebagai awal kami tawarkan pada kalangan yang menganggap health cost a thing," katanya.

Purence mencuri perhatian beberapa kegiatan internasional. Sebut saja British conference dan beberapa pertemuan global di Indonesia pernah menjadi ajang promosi produk asli Indonesia ini sebagai official partner.

Meski membutuhkan kelembapan tinggi, teknologi ini ternyata bisa dilakukan di berbagai tempat. Tetapi konsekuensinya akan mempengaruhi biaya produksi. Di tempat berpolusi tinggi misalnya, tetap menghasilkan Purence kualitas air murni yang sama di tempat yang relative lebih bersih. Tetapi filter yang diperlukan (MPSS) akan sering diganti. "Ini yang menjadikan biaya tinggi," katanya.

PT Eternair kini hanya beroperasi di Curug Gunung Sindur Bogor dengan satu unit mesin mesin bernilai Rp 5 miliar - Rp 8 miliar mampu menghasilkan 70.000 liter air per hari atau 500.000 liter air perbulan. Sebab, masih beroperasi satu shift sehari, kendala utama masih ada pada beban listrik yang cukup besar. Biaya abodemen listrik saja mencapai 25 juta perbulan. "Biayanya ini yang masih sangat tinggi," ujarnya. Sehingga ke depan penambahan kapasitas produksi dan pemasaran yang lebih luas mampu menutup biaya .

Sumber : http://kosmo.vivanews.com

Sabtu, 09 Mei 2009

Innovation or Die

Beberapa hari yang lalu saya ketemu dengan petinggi sebuah perusahaan patungan (Joint Venture) antara Korea Selatan dan Jepang yang memproduksi plat baja. Dia memanggil saya untuk sharing mengenai sebuah pelatihan management skill for managers. Sebagai seorang ‘copang’ (cowok panggilan) alias trainer, saya mendengarkan dengan serius, apa sih kebutuhan calon klien. Dari pembicaraan tersebut, saya menangkap kesan kuat adanya kecemasan yang amat sangat soal krisis global. Ketika saya tanyakan. “memangnya dampak krisis buat perusahaan ini apa pak?”. Dengan sigap dia menjawab: “Wah luar biasa pak.” “Maksudnya, bisa bapak jelaskan,” saya mengejar. “Asal bapak tahu, uang yang kita gunakan ini adalah sisa tahun 2008”. Menurutnya, anggaran ini hanya mampu bertahan sampai bulan Juli. Karena permintaan dari buyer terbilang sangat sedikit. Bahkan saking minimnya, demand yang sudah MOU juga batal.

Ironisnya lagi, karena permintaan sudah deal, maka perusahaan (bagian produksi) dengan gagah berani mencari tenaga outsourcing sebanyak 50 orang. Tentu saja sudah teken kontrak untuk masa kerja waktu tertentu (PKWT). Akhirnya karena ada pembatalan dari pembeli, terpaksa tenaga outsourcing tersebut juga dibatalkan. Persoalannya tidak berhenti sampai disitu, Kenapa? karena perusahaan juga harus merogoh kocek untuk ngasih uang ‘sangu’.

Saya masih agak bingung soal korelasi antara krisis dengan pelatihan management skill. Lalu saya tanya: Pak, kenapa menurut bapak training ini penting? Katanya ketika membaca di berbagai media cetak dan elektronik ada sikitar 1600 karyawan GM yang dirumahkan. Dengan kemampuan bisnisnya yang tajam, Ia berkata pada dirinya: “Pasti perusahaan akan kena dampaknya.” Dan ternyata intuisi bisnisnya benar. Terbukti order sangat sepi dan bahkan ada pembatalan. Sayangnya, yang melihat soal ini hanya dia. Sehingga insight bisnisnya dipandang sebelah mata oleh yang lain.

Setelah diusut, barulah saya ngeh kenapa ia butuh pelatihan management skill. Karena pelatihan ini akan memberikan wawasan luas mengenai kaitan antara aspek bisnis dengan krisis. Ia mengganggap kemampuan manajemen yang up to date akan memberikan gambaran mengenai situasi krisis dan dampaknya pada perusahaan. Tujuan lainnya adalah justru karena krisis, maka investasi di bidang SDM menjadi sangat signifikan. Sehingga ketika krisis berakhir kompetensi SDM akan fit dengan lingkungan yang kompetitif.

Bicara soal krisis global yang mendera seluruh dunia termasuk Indonesia, sebenarnya bisa dimaknai dalam dua dimensi. Gampangnya adalah dimensi positif dan dimensi negatif. Dimensi negatifnya, perusahaan akan melakukan efisiensi besar-besaran. Dan ini adalah jurus umum yang paling populer di seluruh dunia. Saya tidak menyalahkan jurus ini. Tetapi jurus ini menurut saya membuat semua ‘warga’ perusahaan rada kuatir. Kekuatiran ini berdampak pada matinya kreativitas. Apalagi bila semua orang dipaksa untuk hemat, hemat dan hemat. Padahal sudah berusaha keras untuk hemat.

Secara teoritis pendekatan efisiensi memang mengharuskan demikian. Inilah repotnya kalau bisnis masih bermain di ‘Red Ocean.’ Strateginya masih ngatak-ngutik pada peta kompetisi yang ketat. Berada pada Pasar dan Produk yang sudah ada. Alhasil, pastilah margin keuntungan akan tergerus. Bayangkan, ‘kue’ yang sama direbut oleh banyak pemain.

Secara positif krisis sejatinya dapat melahirkan inovator yang berani melakukan ‘gugatan’ terhadap eksistensi pasar. Dengan menggunakan matriks Ansoff, inovasi dapat dilakukan dengan jalan memetakan hubungan antara pasar dan produk. Strategi yang bisa dimanfaatkan adalah product development. Ini adalah strategi pengembangan produk baru di pasar yang sudah eksis. Caranya, produk diubah menjadi lebih kecil, lebih lebar, lebih tipis atau seperti apapun. Yang jelas inovasi tidak membatasi ruang gerak kreasi atas produk. Disini yang paling utama adalah efektivitas. Terutama pasar melihat sebagai sesuatu yang memiliki added value tinggi. Bisa lebih simple bentuknya, teknologinya, maupun layanannya. Inilah enaknya kalau bermain pada ‘Blue Ocean’. Mau coba?

Ringkas kata, Innovation or Die. Silahkan dipilih!!!

Sumber : http://pembelajar.com

Menyulap Besi Bekas Jadi Hiasan Unik

Disainnya yang lahir lewat proses kreativitas, diakui konsumen hingga mancanegara.

Selepas menyelesaikan kuliahnya, tak ingin bergelut sebagai pegawai kantoran. Begitu, Wawang Supriyadi. Ia mencari ide usaha agar bebas mengekpresikan diri. Sambil mengenang, Wawang yang saat ini telah menjadi pengusaha miniatur alat transportasi dengan bendera Wirotocraft.

"Kebetulan saat itu Indonesia tengah di landa krisis," ucap laki-laki yang lulus pada 1998, kepada VIVAnews di Jakarta beberapa waktu lalu.

Wawang mengaku tidak suka dengan kerja kantoran. Lebih senang dengan hobi membuat miniatur becak dan mobil. Dari kesenangannya sejak SMP, pria berambut cepak ini memutuskan untuk mencoba keahliannya.

Lulusan teknik sipil ini mulai bergerak. Merogoh kocek sendiri ditambah pinjaman dari keluarga, uang sebesar Rp 10 juta menjadi modal usahanya.

Dari uang itu, Wawang kemudian membelikan beberapa mesin pemotong, gerinda, penghalus, hingga membeli bahan aluminium dan tembaga bekas. Aluminium dan tembaga bekas ia yang peroleh dari pengumpul. "Sekilonya dulu masih murah, masih terjangkau dan mudah diperoleh," ujarnya.

Di rumah yang sekaligus berfungsi sebagai bengkel usahanya, di Jalan Benowo Winong KG III, Kawasan Kota Gede Yogyakarta, Wawang mula-mula bekerja dibantu seorang karyawan.

Disainnya yang lahir lewat proses kreativitas, diakui konsumennya. Pria berkulit sawo matang ini terkadang menelusuri berbagai jenis becak dan angkutan lawas, seperti kereta kuda dan motor besar. "Banyak juga yang murni dari hasil kreasi saya," kata dia.

Dari sini, Wawang lalu memasarkan hasil kreasinya ke beberapa outlet yang ramai wisatawan selain memajang di toko kerjanya. Ia menuai hasil menggembirakan. Para bule yang lalu lalang di kawasan itu menikamati surga kreativitas oleh-oleh Yogyakarta itu.

Wisatawan Eropa, khususnya Prancis, Belanda, dan Jerman memesan produk yang ia hasilkan. Produksi awal masih puluhan unit dengan belasan model. Sepuluh tahun kemudian, menjadi lebih dari 50 jenis dan 1.000 unit miniatur.

Berbagai bentuk minatur unik yang ia pasarkan antaralain alat transportasi dari jaman dulu seperti becak, andong, sepeda onthel, kereta kuda, hingga aneka motor gede. Belakangan, dia tak lagi terpaku pada alat transportasi saja, tetapi juga hewan, topeng yang menyapu peminat tak kalah jamak.

Saat masa jaya, pada 2005, Wawang mempekerjakan hingga 10 karyawan dengan nilai penjualan mencapai ratusan juta.

Gempa Menjadi Cobaan
Gempa bumi yang menimpa Yogyakarta dan sekitarnya sempat menjadi kesulitan tersendiri. Omzetnya turun menjadi setengahnya. Ditambah lagi, tak dapat memenuhi permintaan ekspor. Untunglah bantuan dari pemerintah setempat dan Departemen Perdagangan menyelamatkan usahanya.

Kini, kembali harga bahan baku yang membuat usahanya tersudut. Order kembali mengalir, namun bahan baku tak mencukupi akibat harga tinggi. "Bahan baku aluminium dan tembaga sulit diperoleh," tutur Wawang.

Wirotocraft kini memiliki tujuh karyawan. Pembuatan miniatur mendahulukan pelanggan dibanding eceran.

Hasil karyanya, Wawang mematok harga per unit mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 250 ribu per unit eceran. Sedangkan barang pesanan bisa mencapai jutaan rupiah per unitnya.

Omzet per bulan perusahaannya kini mencapai Rp 75 juta hingga Rp 100 juta. Kendala lainnya untuk pasaran ekspor, biasanya dikumpulkan di satu pedagang besar untuk diekspor ke negara tujuan. Kendalanya, Wawang menyatakan agak sulit dalam perputaran barang.

Salah satu cara agar usaha terus bergeliat Wawang rajin mengikuti pameran lokal dan internasional yang ada di Indonesia. Mengikuti pameran, Wawang mengakui dapat menutupi beban produksi dengan mengadakan perjanjian pembayaran uang muka bagi calon pembelinya.
"Saya mewajibkan pembayaran uang muka untuk pemesanan barang," katanya.

Benar saja, dalam pameran perdagangan kelas Internasional yang ia ikuti beberapa waktu lalu, konsumen asal Korea dan Asia Timur banyak yang menyambangi.

Agar bisa mengikuti keinginan pasar, Wirotocraft secara rutin mengikuti pembinaan dari Departemen Perdagangan, termasuk pameran. Wawang yakin disain yang kreatif takkan pernah kehilangan pembeli, dalam keadaan apapun.

Sumber : VIVAnews
http://kosmo.vivanews.com

Kreatif Bikin Jadi Miliaran


Usaha itu dirintis dengan modal Rp 28 juta, kini omzetnya Rp 4 miliar.

CENDERAMATA atau merchandise tak hanya identik dengan artis atau orang-orang tertentu. Pembuatan cenderamata bisa dilakukan oleh setiap orang, tak peduli apapun profesinya. Konsep itu yang dibidik oleh Saptuari Sugiharto (29) dengan mendirikan Kedai Digital.

Dengan Kedai Digital, membuat orang bisa mempunyai cenderamata sendiri, sesuai dengan motonya "Bikin Merchandise Semau Kamu." Dengan kedai itu, bakat narsis yang ada bisa disalurkan. Membuat mug, frame foto, jam yang dihiasi gambar sesuai dengan yang kita inginkan, bahkan foto sendiri.

Usaha itu ia rintis sejak 28 Maret 2005, dengan modal awal Rp 28 juta. Modal awal digunakan membeli mesin, komputer, dan menyewa tempat. Kedai pertamanya didirikan di Jalan Demangan Baru 11, Yogyakarta. Kini, ia juga menawarkan kerja sama atau bisnis opportunity, begitu dia menyebutnya. Jika ingin membuat Kedai Digital baru, ia menawarkan sebesar Rp 80 juta - Rp 100 juta.

Dengan sistem itu, mitra yang ingin bergabung dalam usaha itu, disediakan sistem, bahan baku, peralatan, dan standar dari Kedai Digital. Namun manajemen dikelola masing-masing mitra. Mitra baru tersebut akan membayar royalti sebesar 2,5 persen.

"Saya bikin konsep kemitraan dengan bisnis opportunity, kalau franchise peraturan ketat," kata Saptu kepada VIVAnews.

Jiwa wirausaha dimiliki Saptu sejak masih kuliah, dengan berbisnis seperti menjual ayam, celana gunung, hingga menjual stiker. Ketika kuliah, ia juga pernah menjadi Marketing di Radio Swaragama FM Jogja, dan sibuk menjadi event organizer acara kampus. Namun bisnis stiker ini yang membuat dia bisa meminjam uang di bank sebesar Rp 28 juta yang digunakan untuk mendirikan Kedai Digital.

"Bisnis stiker saya ajukan dengan agunan sepeda motor dan rumah, ternyata disetujui. Cuma dananya saya alihkan dengan bisnis ini," ujarnya. Setelah bisnisnya sukses, malah perbankan kini berebut memberikan pinjaman kepadanya.

Jika dulu pria kelahiran 8 September 1979 hanya mempunyai tiga karyawan, sekarang usahanya berkembang di 17 kota. Terlebih setelah dia menjadi juara dua ajang Program Penghargaan Wirausaha Muda Mandiri yang diselenggarakan Bank Mandiri untuk kategori alumni, membuat usahanya semakin banyak terekspose media.

"Dalam satu tahun kami sudah membuka di 17 kota, salah satunya karena acara Bank Mandiri," kata pria yang mengenyam pendidikan di Jurusan Perencanaan Pengembangan Wilayah Fakultas Geografi UGM.

Pada 2007, Kedai Digital mempunyai tujuh cabang di empat kota yang memiliki 50 karyawan. Omzet tahun lalu mencapai Rp 1,2 miliar. Dalam waktu setahun, jaringannya bertambah di 24 cabang di 17 kota dengan karyawan 160 orang. Usaha yang dirintis empat tahun lalu itu kini beromzet Rp 4 miliar.

Sumber : VIVAnews
http://kosmo.vivanews.com

Topeng Batik Mendunia


Topeng batik tak hanya dipakai. Tapi menjadi hiasan yang bisa dipajang di mana-mana.

Usaha batik sudah menjadi urat nadi kehidupan keluarga Nanang Hani (28), selama tiga generasi. Kakek dan ayahnya sudah lebih dulu menekuni batik, dirinya sendiri lekat dengan seluk beluk batik semenjak muda.

Meneruskan usaha keluarga di Batik Srengenge, menantang pria berbuat lebih dari sekedar memoles batik di atas kain. Ia berpikir menempatkan batik tidak hanya benda yang bisa dinikmati dalam bentuk kain saja, tetapi hiasan yang seringkali ada di ruang tamu, kamar tidur, atau bahkan lobi kantor dan hotel.

Jadilah ide, topeng batik. Pria kelahiran Solo ini memulai usaha topeng batik sejak 2007. Bersama dua pembuat topeng di sekitar kediamannya, di kawasan Jajar Solo. Nanang membuat topeng dari pulen, sejenis kayu sengon yang sering dipakai dalam acara tradisional maupun pajangan. Modal awalnya sebesar Rp 2 juta, untuk membeli kayu dan upah tenaga.

Dengan keahliannya, Nanang membatik topeng layaknya kain. Pria asli Solo melukis motif di kayu, kemudian menorehkan malam serta merebus topeng hasil inovasinya. Alhasil, 20 topeng batik lukisan tangan berhasil ia ciptakan.

Pemasaran topeng batik yang ia beri nama Topeng Srengenge, ia satukan dengan bengkel dan pemasaran batik kain miliknya, di Jalan Duku No 2 Jajar, Solo. Konsumen yang melihat-lihat batik kain bisa sekaligus melihat karya terbarunya. Topengnya buatannya laris manis. Para turis nasional dan asing tertarik atas kreasi Nanang.

Setahun lebih ia membangun usahanya, hasil karya ayah tiga anak ini menghiasi beberapa Hotel di Jakarta, Solo, Jogjakarta, dan Surabaya. Nanang juga sibuk melayani permintaan ekspor topengnya ke Jepang, Amerika, dan Belanda.

Agar lebih bervariasi, ia tidak hanya membatik di atas topeng. Patung, wayang, tempat tisu, tempat buah, bahkan meja kecil tidak luput dari kreasi batiknya. Motif batik klasik asli Solo dan Jogjakarta paling banyak disukai konsumen. Kalau dulu ia hanya membuat 20 topeng per bulan, saat ini hasil kreasinya mencapai 2.000 tiap bulan.

Harga berkisar antara Rp 35.000 hingga yang menyentuh angka puluhan juta. Walaupun mengaku penghasilan dari batik masih kecil, sekitar 30 juta per bulan, ia percaya usaha topengnya akan terus berkembang.

Saat ini Nanang mempekerjakan lima orang tenaga kerja di batik serta belasan lainnya di usaha batik kain. Nanang terus mencoba menorehkan batik di atas permukaan bahan lainnya. "Saya ingin batik dikenal luas," kata dia.
Sumber : VIVAnews
http://kosmo.vivanews.com

Berdayakan Tetangga dengan Sulam Pita


Dia ingin mematenkan merek. Sayang, bagi dia izinnya sangat mahal. Mencapai omzet sebulan.

Niatnya memberdayakan perempuan di lingkungannya, membuat Siti Faizah (48) berusaha mengembangkan apa yang bisa dikerjakan membantu ekonomi keluarga lingkungannya. Usaha sulam pita yang ia rintis bisa memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar.

Tetangga yang sering berkumpul mengeluhkan pekerjaan suami yang tidak mencukupi kebutuhan keluarga, menyadarkan ibu empat orang anak ini untuk berbuat sesuatu. Faizah yang memiliki keahlian menjahit lalu berpikir membantu rekannya agar mengisi waktu dengan kegiatan berguna. Dia lalu mengikuti kursus sulam pita pada pertengahan 2003.

Berbekal kursus dan Rp 5 juta, istri Nurprayitno ini membeli mesin dan bahan-bahan sulam pita. Meski mahir dalam menjahit, ia awam dengan sulam pita. Wajar, jika hasil karya yang tawarkan ke toko-toko pakaian di Surabaya ditolak. "Kurang bagus dan tidak sesuai tren," kata Faizah menirukan alasan pemilik toko.

Perempuan yang pernah bekerja sebagai pegawai pemerintah ini tak kurang akal. Faizah lalu melihat contoh barang yang sedang digemari di Jakarta dan memodifikasi sedikit. Usahanya membuahkan hasil. Pesanan mengalir dan membesar dari toko-toko di sekitar pasar. Selain hasilnya bagus, harga yang Faizah tawarkan jauh lebih miring.

Pada bulan-bulan awal usahanya, ia sanggup mengerjakan sendiri. Perlahan tetangga-tetangga di sekitar rumah ikut membantu dengan harga borongan. Empat tahun lebih membangun usaha, Faizah memiliki empat orang karyawan tetap dan sekitar 30 karyawan harian tergantung pemesanan.

Perputaran usahanya terus meningkat dari hanya Rp 5 juta per bulan, menjadi Rp 10 juta per bulan. Dia terus mencari ide dan model baru agar produk sulam pitanya semakin beragam. Kerudung, kemeja, dan perlengkapan rumah tangga ia percantik dengan sulaman pita.

Perempuan yang sehari-hari berkerudung itu kerap melihat model terbaru agar tak ketinggalan. Dalam sebulan, bersama komunitas sekitarnya, Faizah mencipta sekitar 10 kodi produk sulam pita buatan tangan. Pesanan akan lebih besar menjelang hari-hari tertentu, seperti Ramadhan dan Lebaran.

Mengejar keuntungan bukan segalanya bagi Faizah. Dia tak segan menerima keuntungan tipis agar tetangganya bisa memperoleh tambahan sekadar pembeli keperluan pribadi atau untuk sekolah anak-anak. Semakin mahalnya harga bahan dan mesin untuk menambah kapasitas produksinya membuatnya cukup khawatir tidak dapat menolong tetangga yang terkena pemutusan hubungan kerja. "Saya sering khawatir kalau tak dapat pesanan bagaimana dengan tetangga lain," ujarnya.

Faizah bertekad memiliki merek dan memiliki satu toko untuk menjual hasil produksinya. Faizah mengatakan kendala utamanya mahalnya proses pengajuan izin merek. Dia mengatakan, sempat mengurus ke Dinas Perindustrian setempat, harganya Rp 5 juta. "Kami belum mampu, masih setara dengan omzet sebulan."

Dia mengaku ingin memiliki toko sendiri. Sebab, bergantung pada pesanan seringkali tak kuasa menentukan harga. "Pemesan seringkali terlalu murah dan untung kami sedikit," katanya. "Padahal ini buatan tangan."
Sumber : VIVAnews
http://kosmo.vivanews.com

Aroma Terapi, Bisnis Menjanjikan


Pasar dalam negeri belum tergarap. Sebab masih sedikit pengusaha di bidang kecantikan.

Berkutat di laboratorium kimia ternyata tidak membosankan. Paling tidak, demikian yang dirasakan Anita Trisusilowati. Bermula dari hobinya berkutat dengan preparat dan beberapa alat kimia lain, Anita jadi dikenal sebagai ahli mencipta wewangian. Ia bahkan bisa mengubah perasaan seseorang hanya dengan ruap wangi.

Hal itu yang kemudian ia jadikan profesi. Sebagai sarjana teknik kimia, Anita mahir meracik jenis minyak aroma terapi menjadi sebuah produk yang menjanjikan. Ia mewadahi usahanya dengan nama UKM Cakra Cakrawala Persada. Kantor usahanya berada di Jalan Gubeng Kertajaya Raya XIII Raya No 20-23, Surabaya.

Strategi penjualannya melampaui batas-batas negara. Produknya bahkan diminati negara-negara lain, selain tentunya konsumen lokal. Dari tangannya lahir produk aroma terapi seperti lilin, minyak aroma terapi, dupa, lulur, serta produk kecantikan lainnya.

Awalnya, ibu dua anak ini tidak menyangka bisnis aroma terapi yang dijalaninya bisa mendatangkan keuntungan yang menjanjikan. Mulai merintis usaha pada 2000, Anita hanya mengeluarkan uang Rp 5 juta.
Dari pengetahuan dan keahliannya dalam bidang kimia, Anita dengan sabar berdiam di laboratorium mencari racikan yang paling pas.

Anita terus mengembangkan produk aroma terapinya. Ia tidak mau pelanggannya bosan dengan produk yang ia tawarkan. Hasilnya, dari 80 jenis produk yang ia kembangkan, sekarang sudah mencapai ribuan jenis. Sebuah angka yang fantastis. Stok yang melimpah otomatis membuat perputaran bisnisnya makin besar. "Sebulan bisa mencapai Rp 200 juta," katanya.

Daerah pemasarannya tak hanya Surabaya, tapi juga merambah ke kota besar seperti Jakarta dan Bandung. Anita mengekspor produknya ke Jepang, Eropa, dan Australia. Konsumen luar negeri lebih menyukai produk kecantikan beraroma unik seperti rempah-rempah, sedangkan kebanyakan konsumen Indonesia banyak yang senang terhadap aroma segar seperti buah.

Pada saat krisis seperti sekarang, saat pasar Amerika dan Jepang lesu, ia punya strategi mengembangkan pasar dalam negeri. Baginya, hanya perlu bersabar dan melihat peluang dengan membuka gerai-gerai baru sendiri selain pesanan dari salon dan toko kecantikan.

Agar menjangkau seluruh kalangan, ia membuat variasikan harga produk yang dilabeli merek Cakra, antara Rp 5.000 per item, hingga yang berharga ratusan ribu. Paket-paket pernikahan lengkap tak lupa ia kembangkan, dengan harga jutaan rupiah. "Paketan harganya lebih murah dan biasanya laris saat musim pernikahan," katanya.

Anita yang punya pengalaman dalam penjualan online, memakai jasa internet untuk memamerkan dan memasarkan barangnya. Biasanya ia dan konsumen berhubungan lewat email. Memasarkan produk di dunia maya, menurutnya jauh lebih murah dibandingkan beriklan di tempat lain.

Kalau calon pembeli setuju akan langsung dikirim. "Kalau ekspor biasanya dikirim bersama produk pengusaha lain yang dikoordinasikan satu eksportir," ujarnya.

Cara ini cukup efektif saat usaha yang kini memiliki puluhan tenaga kerja menghadapi kendala sulitnya bahan baku impor dan kurang permodalan. Bersama beberapa usaha lain di daerahnya, ia kemudian menjadi mitra binaan perusahaan Badan Usaha Milik Negara. Wanita berparas ayu ini rajin mengikuti pelatihan dari pemerintah daerah agar tetap bertahan.

Dia optimistis pasar dalam negeri belum tergarap, sebab tidak banyak pengusaha yang konsentrasi penuh di usaha kecantikan. Dalam berusaha, Anita memiliki prinsip harus sesuai dengan standar pelayanan dan tepat waktu.

Selain itu, seorang pengusaha harus jeli melihat pasar. Siap rugi kalau penelitian produk barunya gagal. "Kalau untuk usaha dari hobi, kegagalan tidak membuat menyerah," ujar dia.
Sumber : VIVAnews
http://bisnis.vivanews.com

Yuk, Bisnis Baju Handuk


Desainnya yang unik kini mulai digemari ibu-ibu dan anak-anak.

Bisnis baju handuk? Kenapa tidak. Desainnya yang unik untuk anak-anak kini mulai digandrungi ibu-ibu dan anak-anak.

Bisnis ini bisa dimulai dengan modal kecil sebagai di alternatif di tengah krisis. Tengok saja pengalaman Miswati Dusti yang menggeluti bisnis ini sejak awal 2008 lalu.

Mulanya, baju handuk merupakan jawaban Iwa, panggilan akrab Miswati Dusti, untuk tingkah laku anaknya yang enggan mengeringkan badan dengan handuk usai mandi.

"Inspirasinya dari pakaian ala Meksiko, selembar kain yang tengahnya dilubangi untuk kepala," kata dia kepada Vivanews di sela bazaar Batik Goes to Campus di kampus Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Sabtu 7 Maret 2009.

Baju handuk merupakan handuk yang berbentuk baju. Bagian kepalanya ada yang memiliki penutup kepala atau pun tidak. Baju handuk buatan Iwa dihiasi dengan berbagai desain menarik, seperti gambar hewan atau tokoh kartun yang sedang digemari anak-anak. Untuk sentuhan akhir, baju handuk juga bisa dilengkapi dengan bordir nama pada bagian dada. "Supaya baju handuk terasa lebih personal," jelas dia.

Iwa mengungkapkan, awal membuat baju handuk memang hanya untuk konsumsi sendiri. Namun ternyata kerabatnya banyak yang suka dan memesan kepadanya. Akhirnya, Iwa yang memiliki toko kecil di Galery UKM Cilandak Town Square memasukkan ide baju handuk ke tokonya. Selain baju handuk, Iwa juga sempat menjual mukena dan pakaian bordir. Semua barang jualannya merupakan produk buatannya sendiri. "Sekarang saya fokus ke baju handuk dulu," tutur dia.

Iwa awalnya tidak bermimpi untuk berbisnis. Ibu beranak empat ini hanya ibu rumah tangga biasa yang seluruh pengeluaran rumah tangga dipenuhi dari penghasilan tunggal suaminya. Kejadian berbalik pada akhir 2005, saat suami Iwa diberhentikan kontrak kerjanyanya. Kondisi keuangan semakin morat-marit ketika suaminya tertipu hingga Rp 700 juta saat berniat berbisnis kayu dengan rekannya. Akibatnya, keluarga Iwa harus hidup seadanya. "Bahkan, kami sempat makan hanya dengan nasi dan kerupuk putih saat itu," kenang Iwa.

Suatu hari saat ia dan suaminya berkunjung ke Citos untuk mencari anjungan tunai mandiri, Iwa melihat galery UKM di salah satu pojok perbelanjaan tersebut dan terlintas dibenaknya untuk memulai usaha dari sana. Ia pun mulai berbisnis kecil-kecilan. Modal awal yang dikeluarkannya saat itu mencapai Rp 4 juta. "Sewa tempat Rp 2,5 juta dan barang jualan sekitar Rp 1,5 juta," tutur dia.

Iwa menjelaskan, tujuan awalnya saat memulai usaha hanya untuk kebutuhan rumah tangganya sehari-hari, seperti makan dan uang sekolah anak, sehingga, kala itu Iwa sudah senang jika bisa untung Rp 15-20 ribu per hari.

Namun, produknya ternyata digemari. Baju handuk yang menjadi primadona omzetnya bisa mencapai Rp 15 juta per bulan. Dari omzet tersebut, Iwa meraup keuntungan bersih sebesar 30-40 persen, atau sekitar Rp 6 juta. Sisanya, untuk membayar tiga pekerjanya dan modal untuk membuat baju handuk.

Baju handuk produksi Iwa dijual pada kisaran Rp 125 ribu untuk anak-anak dan Rp 250 ribu untuk dewasa. Selain Jakarta, baju handuk tersebut juga bisa ditemui di Semarang, Surabaya, Aceh, Makasar, Purworejo, da Purwokerto.

Dalam berbisnis, Iwa percaya bahwa kegagalan merupakan suatu keberhasilan yang tertunda. Barang produksinya dicari orang karena Iwa bisa mempertahankan mutu dan kualitas. Selain itu, Iwa juga terus berinovasi dan meningkatkan kreativitas dengan menciptakan desain yang lebih baru. "Jangan pernah berpikir, kita yang paling bagus. Karena produk ini susah-susah gampang, orang lain bisa menirunya," kata dia sambil berharap, suatu saat bisa mengekspor baju handuknya ke mancanegara seperti Malaysia.

Sumber : VIVAnews
http://kosmo.vivanews.com

Bisnis Madu Menghangatkan


Niat awalnya hanya memenuhi kebutuhan hidup sebagai perantau di Jakarta.

Berasal dari daerah yang terkenal sebagai penghasil madu, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), membawa Syamsudin menjadi pengusaha minuman suplemen yang khasiatnya sudah terkenal sejak zaman dulu.

Niat awalnya hanya memenuhi kebutuhan hidup sebagai perantau di Jakarta. Tetapi tak disangka lelaki 40 tahun asli Sumbawa ini, menjadikan madu sebagai mata penghidupannya.

Semula, sebagai pendatang di ibukota, Syamsudin memutuskan membawa bekal madu sebagai oleh-oleh kepindahannya. Para tetangga dan teman ia beri.

Syamsudin mengaku madu yang ia bawa berbeda dengan madu yang biasa mereka konsumsi. Madu yang berasal dari hutan-hutan perawan Sumbawa. “Memberikan kehangatan yang berbeda,” katanya.

Namun sebagai pengusaha yang baru mulai, Syamsudin tak langsung bergegas. Dia menyiapkan strategi usaha dengan mengurus surat izin. Setelah surat izin perusahaan, serta izin kesehatan ia peroleh pada 1999 dengan nama CV Syam Bimpar Utama.

Dia kemudian mengambil berbagai jenis madu dari tanah kelahirannya. Dibantu pengumpul madu tradisional, Syamsudin membotolkan beberapa jenis madu khas Sumbawa antaralain madu murni, madu putih dan madu hitam.

Bermodalkan Rp 5 juta, Syamsudin bisa menghasilkan 30 botol per bulan. Produksinya terus bertambah hingga mencapai 100 botol hanya pada tahun pertama.

Sistem pemasaran Syamsudin relatif berbeda dengan para pesaingnya. Bersama lima tenaga pemasaran, ia rela menjajajakan produk madunya dengan sistem pintu ke pintu.

Berbekal pengetahuan khasiat madu, Syamsudin menyambangi rumah selain menempatkan jualannya di Jalan Raya Lenteng Agung No 4B Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Harga madu Sumbawa yang ia tawarkan bervariasi. Sesuai dengan ukuran. Kisaran harga jual madu Sumbawa antara puluhan hingga ratusan ribu rupiah.

Hasilnya menggembirakan. Sekarang produksinya sudah mencapai 2.000 - 3.000 botol per tahun. Sekarang Syamsudin tengah mengembangan sistem penjualan pemesanan.

Dalam sepuluh tahun, usahanya sudah membukukan pendapatan bulanan sekitar 10 juta per bulan dan menghidupi lima orang karyawan.

Selama 10 tahun merintis usaha, Syamsudin masih mengalami kendala kekurangan modal dan manajemen yang belum tertata rapih dan sering berubah-ubah produksi.

Mengatasi kendala kurangnya modal, Syam bersama pemerintah daerah Kabupaten Sumbawa mengadakan modal bergulir untuk kelangsungan para produsen madu. Secara bertahap dia juga memberikan pengetahuan manajemen dan mengontrol kualitas madu yang dihasilkan. Di Sumbawa, usahanya membina ratusan pengumpul madu dan perajin usaha tradisional gelas madu dari kayu cendana.

Tak hanya berhenti pada produk madu, Syamsudin kemudian membuat minuman berbahan madu Sumbawa dan ginseng. Alhasil, konsumennya menikmati minuman suplemen buatannya. Ke depan, Syamsudin merencanakan akan mengembangkan obat-obatan tradisional Bima dalam berbagai minuman suplemen yang manfaatnya tidak kalah dengan obat-obatan tradisional Indonesia lainnya.
Sumber : VIVAnews
http://bisnis.vivanews.com

Usaha Herbal Tak Kenal Krisis


Dengan modal awal Rp 5 juta, Ilmi bisa mematok omzet Rp 6,5 juta per bulan.


Menggeluti tanaman sejak kuliah menjadi jalan bagi Ilmi Noor Rahmad (30) dalam memasuki bisnis herbal.

Ilmi yang menyukai tanaman obat semasa kuliah di Jurusan Biologi Universitas Gadjah Mada awalnya bekerja sebagai salah satu karyawan perusahaan obat. Ia juga pernah menjadi redaktur majalah tanaman obat. Berbekal ilmu di perkuliahan dan di pekerjaan, keinginan Ilmi kian menggebu memiliki usaha sendiri.

Awal 2007, bersama keluarganya ia memutuskan mandiri dan berusaha sendiri dalam usaha herbal. Dengan modal awal Rp 5 juta, serta koneksi dengan beberapa petani bahan baku tanaman herbal, ayah satu anak ini kemudian membuka usaha konsultasi herbal di kediamannya, di Bekasi.

Ilmi bercerita, dibantu dua orang keluarganya, termasuk istri, Ilmi membuat herbal pesanan dari beberapa mitra kerja sebelumnya. Ilmi mengambil bahan baku dari petani kemudian diolah sesuai pesanan.

"Pertama kali, kami hanya membuat sesuai pesanan dan jenisnya juga masih terbatas," kata pria menamai usahanya Herbaling Ciptawung Indonesia (HCI). Jenis herbal yang ia hasilkan pada awal pendirian usaha diantaranya sambiloto, mahkota dewa, kumis kucing, kunyit, kencur, dan temulawak.

Sembari terus belajar meramu ragam obat-obatan herbal pada kelompok tanaman obat, dalam dua tahun usahanya sudah mampu menghasilkan herbal sekitar 120 tanaman. Omzet yang ia peroleh kini berkisar Rp 6,5 juta per bulan. Setelah dipotong berbagai biaya, setiap bulan ia bisa mengantongi Rp 3,5 juta per bulan. Padahal, krisis global sedang melanda yang menyebabkan daya beli menurun.

Selain melayani pesanan, Ilmi kini mulai memasarkan produknya ke beberapa minimarket dan dua supermarket Bekasi. Ilmi pun memproduksi berbagai varian produk manisan herbal sebagai terobosan. Hasilnya cukup menjanjikan. Usahanya tumbuh 30 persen.

"Kami baru memulai beberapa bulan ini, ternyata banyak disukai,"katanya. Variasi produk diantaranya manisan jahe, kencur, dan jahe merah instan yang dicampur krimer.

Besarnya peluang mengembangkan usaha, memberikan keyakinan tersendiri bagi Ilmi karena punya potensi besar. Walaupun sempat mengirimkan bahan obat temulawak ke Korea, pengusaha yang bertempat tinggal di Jatisampurna, Bekasi, itu memfokuskan usahanya ke lokal. "Selain bisnis inti di herbal, kami berkonsentrasi pada produk olahan herbal. Pasar lokal besar sekali," katanya.

Peningkatan usaha bukan berarti tanpa kendala. Penyediaan bahan baku yang tidak menentu, naiknya harga bahan baku, serta kendala perizinan menjadi masalah tersendiri bagi Ilmi. Panjangnya birokrasi saat mengurus izin, seringkali menjadi kesulitan agar produknya memiliki standar yang diterima minimarket. Bahan baku yang terus naik membebani produksi yang masih relatif kecil.

Harga gula yang tadinya Rp 6.500 per kilogram kini menjadi Rp 7.500 serta temulawak naik menjadi Rp 12.000 per Kg menimbulkan biaya cukup besar produksi sekitar 2.000 butir herbal dan 900 kemasan ukuran 90 gram. "Walaupun masih bisa terjangkau, pasokan yang tetap akan sangat membantu kami."

Untuk mengembangkan usahanya, Ilmi menjadi salah satu mitra binaan perusahaan Badan Usaha Milik Negara dan memperoleh bantuan modal. Dari modal tambahan itu, ia memperbaiki kemasan produknya agar lebih maksimal dan diterima toko-toko. Pemasaran lain yang sedang ia rintis saat ini adalah menjalin kerja sama dengan salon dan spa serta penjualan di kantor-kantor pemerintahan.

Sumber : VIVAnews
http://bisnis.vivanews.com

Peluang Bisnis PAPER MOULD yang RAMAH LINGKUNGAN

Prospek Bisnis
Keharusan menyelamatkan Bumi tempat kita hidup untuk sampai ke anak cucu menjadi kewajiban setiap orang termasuk pebisnis. Isue hal ini mendunia dan makin tajam dipersyaratkan dalam berbisnis. Penggunaan re-cycle material menjadi bagian dalam proses penyelematan bumi kita ini. Peluang untuk berbisnis menggunakan material daur ulang menjadi lebih nyata dan boleh disiasati oleh pebisnis. Tren dunia akan menuju kesana maka bisnis ini menjadi bisnis menyongsong masa depan. Slaah satu yang boleh dipelajari adalah bisnis PAPER MOULD yang mulai dipakai untuk berbagai produk pelengkap, kemasan, wadah, dilatasi, penopang ringan dimana pada periode sebelumnya banyak menggunakan turunan plastik atau material lain yang lebih sulit di daur ulang. Peluang menjajagi bisnis boleh dilakukan untuk menyongsong bisnis dengan material yang berbiaya rendah tapi juga menjaga kelestarian lingkungan.


Persaingan
Pemain dalam bisnis PAPER MOULD sudah ada di lokal tetapi belum menjamur seperti bisnis berbahan baku plastik yang merambah diberbagai jenis produk atau kemasan. Kalau anda ingin membangun BLUE OCEAN boleh dikaji mendalam peluang dibisnis dengan berbahan baku kertas bekas dengan berbagai jenis dan warna yang ada.

Peluang ekspor secara langsung sebagai produk jadi atau menjadi pelengkap produk ekspor menjadi terbuka karena bisnis ini menjadi bagian dari persyaratan dalam HSE ( Health Safety & Environment ) yang makin meluas aplikasinya. Player lokal belum terbentuk terlalu banyak, channel ke luar harus dibentuk untuk menjadi landasan pertama bisnis yang butuh volume dalam transaksi penjualan untuk mencapai nilai ekonomis. Produk-produk PAPER MOULD contohnya kemasan telur ayam, pengganjal dalamnya sepatu, kemasan komponen dalam produk elektronik seperti tempat kabel, konektor, baut mur dll . Pengembangan produk PAPER MOULD masih luas tergantung kejelian produsen melihat peluangnya.


Kunci Sukses Bisnis

Mutu
Pemenuhan mutu dari hasil produksi sesuai spesifikasi bahkan harus mendapatkan approval dari pembeli atau pengguna dalam dan luar negeri menjadi keharusan agar mampu menggantikan produk sejenis berbahan baku di luar kertas daur ulang. Secara fungsi, kekuatan, tampilan, desain harus mampu menjadi produk pengganti yang baik. Mutu PAPER MOULD ditentukan oleh beberapa hal termasuk mutu bahan baku , mutu dari MOULD-nya sendiri bahkan desain dari Produk sendiri sehingga secara fungsi dan kekokohannya memenuhi syarat.

Harga Bersaing
Sebagian produk dari PAPER MOULD merupakan produk pengganti sehingga baik secara mutu harus memenuhi, juga secara harga mampu bersaing dengan produk yang digantikan. Sedangkan harga sangat dipengaruhi oleh material cost yang harus rendah dan biaya MOULD yang sering menjadi beban karena berharga tinggi. Oleh karena itu mesti ada skala ekonomis dari order untuk menutupi investasi dari MOULD sendiri, meskipun masih bisa didesain supaya biaya MOULD sendiri biasa lebih rendah. Ini kunci persaingan yang harus dibentuk. Sisi lain biaya yang harus bisa dihemat adalah biaya transportasi maka bisnis ini berbasis Profit Model Local Leadership yaitu Anda harus menguasai pelanggan dengan radius tertentu dari pabrik Anda sehingga biaya transportasi yang cenderung naik terus dapat dihemat sehingga harga menjadi lebih bersaing.

Delivery Time
Ingat, kalau produk dari PAPER MOULD Anda merupakan produk pelengkap dari suatu produk tertentu misal pengganjalan dalamnya sepatu, alas/kemasan dari telor ayam berisi 10 atau 12 biji maka kesemuanya merupakan pendukung dari industri lain, maka kemampuan men-deliver tepat waktu atau menjamin kontinuitas supply menjadi utama karena pelanggan bisa tersendat bisnisnya karena keterlambatan kita.

Kontinuitas Supplai Material
Untuk menjadi kontinuitas supplai material Anda perlu bekerja sama dengan beberapa industri berbahan dasar kertas dengan jenis dan warna yang ditentukan untuk kemudahan Anda memproduksi dengan bauran produk yang lengkap sesuai kebutuhan pelanggan.

Lokasi
Seperti disebutkan diatas bahwa Profit Model Local Leadership maka lokasi pabrik Anda harus strategis dengan pelanggan yang menjadi target pasar karena akan mampu membangun cost leadership. Maksimalkan potensi disekeliling pabrik Anda bila ternyata Anda membeli pabrik yang sudah ada sehingga penguasaan pasarnya akan mampu tercapai.

Bagaimana kalau menjual/membeli Bisnis Produsen PAPER MOULD

Bila Anda ingin menjual/membeli bisnis Produsen PAPER MOULD maka beberapa faktor kunci adalah :
1. Product Quality :
Apakah mutu produk dari sisi desain yang mempengaruhi kekuatan, mutu material dan barang jadi, tampilan dan kerapihan ( workmanship ) dari produk sendiri

2. Jumlah Pelanggan Loyal
Sebagai produsen maka hal terpenting adalah kontinuitas produksi sehingga seluruh beban depresiasi dari tanah, bangunan dan mesin akan mampu terserap. Dengan demikian maka tim sales harus agressif mendapatkan pelanggan baru dan harus ada yang me-maintain pelanggan lama untuk kontinuitas order. Sistem Kontrak Order perperiode bisa jadi model untuk mengamankan volume order

3. Organisasi Ramping :
Bisnis ini karena salah satu Profit Modelnya adalah Low Cost Business Design maka harus mempunyai overhead yang ringan sehingga organisasi harus ramping karena ditunjang dengan otomatisasi dari mesin yang membuat bubur kertasnya sampai pencetakannya

4. Kesehatan Finansial
Sistem kerja job order sering menjadikan piutang dagang menjadi besar bila kita mensupplai kepada produsen yang memang harus juga menanggung piutang kepada pelanggan mereka. Pilih peanggan yang berorientasi ekspor sehingga cash income mereka lebih baik atau yang berbisnis retail karena mereka lebih punya penerimaan tunai. Pengendalian biaya mulai dari investasi dan operasional harus rendah menjadikan bisnis ini profitable. Pastikan bisnis ini dalam perhitungan product cost masih punya margin yang baik sehingga depresiasi mampu tertutup. Pastikan keuangan dalam keadaan sehat untuk meminimalkan risiko dalam membeli bisnis ini.

Sumber : http://www.business-broker.co.id

Bisnis Produsen Bakso tetap langgeng

Prospek Bisnis

Kalau dilakukan riset pada wanita tentang makanan apa yang menjadi salah satu favorit tentu 'bakso' menjadi pilihan menu yang tidak terlupakan. Bakso sapi mulai dari yang kelas bawah dengan gerobak sampai yang ada di mal tetap menjadi menu favorit dari orang Indonesia. Sejak puluhan tahun lalu, sebelum orang kenal 'burger & fried chicken' ternyata bakso sudah mendominasi pasar kita dengan luas. Bila dilihat kedepan maka bisnis ini tetap mempunyai loyalitas konsumen. Oleh karena itu, cukup banyak produsen daging olahan yang membuat bakso sebagai salah satu diversifikasi produknya. Disisi lain memang ada produsen bakso yang memang spesialis dengan tidak memproduksi produk olahan daging lain dan produsen ini memang pemain handal dan sudah puluhan tahun. Bagaimana kita coba melihat usaha produsen bola daging ini yang sering tidak diperhatikan oleh konsumen sendiri siapa yang memproduksi bakso yang mereka konsumsi. Tidak semua pengusaha restoran dan pedagang mie bakso membuat bakso sendiri, justru kebanyakan mereka membeli dari produsen bakso yang terpercaya. Disini letak salah satu kontinuitas bisnis produsen bakso karena pengusaha retail restoran tidak mau direpotkan dengan memproduksi sendiri.

Kunci Sukses Bisnis

Cita Rasa
Semua bisnis memang membutuhkan ketajaman, ketekunan, fokus dan tentunya diiringi doa kepada Tuhan. Melihat lebih dalam kunci sukses pertama sebagai produsen makanan termasuk bakso adalah cita rasa, modal awal bertempur di pasar dari produsen bakso yang meliputi aroma daging sapinya & kekenyalan yang pas. Sedangkan ragam dari bakso sendiri cukup banyak tidak hanya bakso sapi ( memang yang paling dominan buat lidah rakyat kita adalah bakso sapi ) karena masih ada bakso ikan, bakso ayam, bakso udang, bakso cumi dll.

Konsistensi Mutu
Sebagai produsen yang melayani banyak pelanggan maka konsistensi resep dalam proses menggiling dan mencampurnya serta testing memang menjadi penting. Cara penyimpanan yang benar untuk menjaga keawetan bakso sendiri juga perlu diperhatikan. Di Indonesia sertifikasi halal dan tanpa pengawet menjadi penting untuk menjamin pemenuhan persyaratan halal dan keamanan pangan. Disamping itu bila kita masuk ke pasar menengah yang mempunyai kesadaran tentang kesehatan lebih tinggi maka 'keamanan pangan' menjadi penting untuk diterapkan dalam industri produsen bakso.


Kontinuitas Supplai
Kontinuitas supplai material yang berdampak pada produktivitas produksi dan supplai kepada pelanggan menjadi penting karena pelanggan akan kehilangan beberapa menu yang menggunakan bakso sebagai salah satu bahan. Dengan demikian kontinuitas mendapatkan mutu dari daging sapi atau ikan ( kalau bakso ikan ) menjadi penting. Bagaimana mereka menjalin hubungan dengan vendor daging/ikan/ayam/udang mereka menjadi penting.


Pemasaran
Pemasaran produknya sesuai dengan fokus target pasarnya. Perlu diperhatikan adalah 'lead time' delivery yang terlalu panjang dan tanpa sarana yang memenuhi standar untuk pengiriman maka akan berisiko terhadap penurunan mutu bakso. Jarak harus bisa disiasati dengan beberapa bentuk seperti kemasan vakum, armada pengiriman dengan refrigerator, beberapa lini produksi sedekat mungkin dengan target pasar. Pertimbangan juga biaya transportasi tinggi di negara kita. Dengan demikian maka penguasaan pasar di geografis produsen menjadi utama dan fokus tenaga penjualan dari produsen bakso.


Price
Pengalaman dengan beberapa produsen bakso mereka tidak dengan mudahnya menaikan harga bakso meskipun harga bahan baku dan sarana produks yang meningkat. Umumnya mereka mengambil momen tertentu untuk menaikkan harga seperti saat lebaran. Memang produk ini dimata konsumen langsung tidak menentukan merk tertentu tetapi dimata pengusaha retai restoran , merk dagang bakso menjadi andalan karena mutu yang terjamin.


Bagaimana kalau menjual/membeli Bisnis Produsen Bakso

Bila Anda ingin menjual/membeli Bisnis Produsen Bakso maka beberapa faktor kunci adalah :
1. Merk :
Merk menjadi andalan bagi kalangan pelanggan yang merupakan pengusaha restoran atau berdagang mie bakso. Bila produsen memasuki sektor retail dengan target pasar konsumen langsung/ibu rumah tangga maka membangun kesadaran konsumen menjadi penting dan harus dilakukan.

2. Jaringan Pelanggan :
Jaringan pelanggan yang sudah terbentuk menjadi aset penting karena membutuhkan waktu dan risiko gagal dalam membangun jaringan pelanggan tetap sehngga produsen dapat menjaga kontinuitas penjualan mereka

3. Quality & Delivery :
Komitmen mutu pemilik dan profesional dari produsen dengan menggunakan bahan baku dan proses pengolahan dengan resep yang konsisten dijalankan secara teliti. Penerapan manajemen sistem mutu keamana pangan menjadi prioritas untuk menjaga kepercayaan pelanggan. Kemampuan pengiriman penting karena pelanggan karena bakso masih menjadi bahan menu tertentu. Sarana pengiriman menjadi aset penunjang terjaminnya mutu bakso.

4. Kemampuan Memproduksi
Mulai dari sarana dan mesin produksi dan SDM yang handal menjadikan produsen itu dapat dipercaya menghasilkan bakso dengan cita rasa dan mutu baik

5. Kesehatan Finansial
Perlu dilihat dari pilihan target pasar pelanggan apakah menuju sektor retail resto atau pedagang mie bakso atau menuju modern/tradisional retail untuk target konsumen rumah tangga karena struktur biaya dan arus kasnya juga berbeda. Tentunya perlu melihat aset berwujud dan profitabilitasnya meskipun yang jauh lebih penting adalah melihat kemampuan menghasilkan profit melalui In-tangible asset yang dimiliki seperti jaringan pelanggan, kemampuan organisasi produsen, resep, sistem manajemen mutu dan keamanan pangan.

Sumber : http://www.business-broker.co.id

Panen di Bisnis Power Plant Contractor

Prospek Bisnis

Seperti yang kita ketahui bahwa salah satu fokus pemerintah dalam periode sampai 2010 adalah mempersiapkan pasokan listrik yang aman buat seluruh wilayah negara kita, dengan demikian maka investasi besar akan terjadi pada bisnis Power Plant baik oleh PLN ataupun Swasta termasuk investor dari luar yang berminat dengan bisnis infrastruktur. Investor cenderung tertarik pada bisnis berkaitan dengan infrastruktur, energy, resources pada akhir-akhir ini karena lebih terjamin dari kebutuhan pasarnya, tentunya disertai dengan regulasi yang mendukung. Ini juga didukung dengan regulasi tentang kesempatan bisnis di sektor minyak bumi dan gas mulai dari hulu sampai hilir sebagai retailer-nya.

Kembali pada Power Plant yang rencana 10,000 MW yang harus terpasang dan beroperasi dalam sekian tahun mendatang ini menyebabkan begitu menariknya sektor ini baik untuk para investor, pemilik teknologi, engineering dan para kontraktor ahli yang memang spesialis dibidang ini. Sektor ini memang membutuhkan keahlian yang unik dan tidak seperti kontraktor umum dibidang gedung, instalatur listrik untuk rumah dan gedung, kontraktor dalam Power Plant memang mempunyai penguasaan mulai dari dari pemahaman terhadap teknologi yang dipakai dalam Power Plant tersebut apakah merupakan PLTG, PLTD, PLTA, PLTU dimana pemasok teknologi dalam masing-masing jenis inipun bisa berbeda. Umumnya pemegang teknologi baik masing-masing Power Plant mempunyai peran besar bahkan mereka mampu melakukan pengadaan investasi dengan menggandeng investor internasional dalam grup atau diluar, pemain-pemain besar seperti Mitsubishi Heavy Industries, General Electric, Wartsila dan MAN. Lalu bagaimana dengan kontribusi Kontraktor untuk Power Plant-nya? Ada beberapa peluang yang dapat diambil dengan segala konsekwensinya yaitu menjadi EPC Company ( Engineering, Procurement & Contractor ) atau hanya sebagai Contractor yang lebih bertanggungjawab terhadap pemasangan dari unit, infrastruktur dan perlengkapannya agar Power Plant berfungsi. Coba kita fokus pada Kontraktor saja dimana Bisnis Kontraktor inipun punya dua lingkup besar yaitu mulai dari Civil Contractor dan Mechanical & Electrical Contractor atau hanya spesialis Mechanical & Electrical Contractor. Tentu nilai proyek akan lebih besar kalau kita dapat melakukan dua bidang tadi.


Kunci Sukses Bisnis

Mutu
Sebagai kontraktor baik lingkup Civil Works atau Mechanical & Electrical Works tidak dapat menghindari yang namanya Mutu sudah terkunci dalam Spesifikasi hanya bagaimana Workmanship ( Kerapihan ) dalam bekerjanya yang dipengaruhi dengan cara kerja, ketrampilan pekerja serta material penunjang yang digunakan serta pelaksanaan manajemen proyeknya.


Delivery
Sebagai kontraktor dengan lingkup pekerjaan yang sudah dijabarkan dalama dokumen kontrak dan lampirannya tentu harus diselesaikan dengan periode waktu tertentu. Disini sebenarnya menjadi peluang membangun daya saing kalau kontraktor mampu men-deliver dalam waktu yang lebih singkat. Hal ini dapat terjadi karena sering terjadinya Proses Perencanaan yang tidak matang, Proses Birokrasi dalam persiapan dan tendernya yang lama sehingga waktu menjadi makin sempit dimana 'project deadline' tidak dapat mundur, sehingga para kontraktor akan terjepit waktunya apalagi ditengah periode project terhadap hari-hari libur Nasional yang panjang maka akan menjadi berisiko lagi untuk pemenuhan tepat waktunya. Kemampuan membangun daya saing lewat 'delivery on schedule' adalah kunci kepercayaan pemberi kerja kepada kontraktor


Price
Karena kontraktor pada umumnya adalah perusahaan dengan Disiplin Nilai Operation Excellence dimana nilai kontrak sudah tertentu, spesifikasi sudah jelas dan pasti, penyelesaian pekerjaan sudah jelas waktunya maka pada waktu proses seleksinya akan masuk dalam “harga” sebagai variabel kuncinya. Meskipun tidak semua menggunakan variabel harga sebagai Prioritas Pertama tetapi mayoritas pekerjaan kontraktor termasuk Civil dan Mechanical & Electrical dalam Power Plant ditentukan oleh harga dalam proses tendernya. Premium Price akan dapat diperoleh dalam kasus proyek khusus yang terjepit waktu dimana tidak ada kontraktor lain mampu menyelesaikan maka Anda punya posisi lebih baik dari sisi harga.


Project Management
Kemampuan menjalankan Pengelolaan dan Pengendalian Proyek baik kesiapan SDM terampil & jumlahnya, kesiapan peralatan kerja, kesiapan material dan unit sampai di lokasi dan metode kerja yang sistematis, tertata dan mudah dipantau progres dan hasilnya baik dilapangan sampai ke bentuk pelaporan untuk internal dan pemberi pekerjaan. Komunikasi yang baik antara tim kontraktor dan pemberi pekerjaan baik koordinator proyek sampai direksi dan bagian keuangannya.


Skill People
SDM terampil sangat mempengaruhi mutu hasil kerja mulai dari pekerjaan persiapan, pemasangan sampai commissioning sehingga dapat serah terima tepat waktu, tanpa re-work, kerapihan hasil kerja termasuk pelaporan progres dan hasil yang akurat dan tepat waktu sehingga pemberi pekerjaan dapat memantau dengan mudah dan jelas.


Fasilitas dan Perlengkapan
Tersedianya fasilitas dan perlengkapan kerja akan menunjang kecepatan, penghematan biaya dan sistematis kerja yang baik dalam proses kerja dilapangan. Membangun juga rasa percaya diri sebagai kontraktor bila tersedia workshop yang memadai, perlengkapan kerja, heavy equipment dan kendaraan untuk transportasi yang mencukupi.

Bagaimana kalau menjual/membeli Bisnis Power Plant Contractor

Bila Anda ingin menjual/membeli Bisnis Power Plant maka beberapa faktor kunci adalah :

1. Reputasi :
Kontraktor pasti akan dilihat dari sisi Track Record baik oleh pemberi pekerjaan atau pihak pemilik teknologi yang dipakai di Power Plant, karena ini menjadi Goodwill yang mahal Nilainya dibandingkan dengan Aset Berwujudnya. Kepercayaan ini tidak semua dapat membangunnya dan perlu bukti dan waktu serta perjuangan yang belum tentu berhasil

2. Quality & Delivery :
Pemberi Pekerjaan dan Pemilik Teknologi perlu memberikan rekomendasi terhadap mutu hasil kerja dan kemampuan penyelesaian dari kontraktor Power Plant karena mereka berani mempercayakan pembangun Power Plant yang nilainya ratusan miliar kepada pihak kontraktor

3.Tim Proyek yang Profesional
SDM baik dilapangan yang membutuhkan keterampilan teknis maupun manajemen proyek yang mampu membuat Quality, Cost & Delivery tercapai sesuai target

4. Kesehatan Finansial
Project margin sangat dipengaruhi oleh sistematis kerja, koordinasi kerja, waktu kerja, jumlah re-work yang terjadi di lapangan. Kemampuan mempertahankan project margin disetiap project menjadi indikator penting dalam melihat kekuatan dari kontraktor. Pengaturan arus kas yang umumnya jadi masalah laten semua kontraktor karena mereka bermodal terbatas mau dapat proyek yang nilainya sangat besar, perlu kontrol rasio antara modal kerja dengan nilai proyek yang sebanding, memang menjadi tantangan kalau mau mendapatkan proyek yang jauh lebih besar dari sebelumnya tetapi modal kerja terbatas.

Sumber : http://www.business-broker.co.id

Mengibarkan bisnis konstruksi

Bisnis apa yang dibutuhkan pada era pembangunan? Sudah tentu salah satunya adalah kontraktor bangunan. Di Indonesia jumlah paling banyak adalah kontraktor sipil bangunan. Mereka membangun rumah mewah, apartemen, kantor, dan realestat untuk kelas menengah bawah.

Bisnis ini bergantung pada kepercayaan pelanggan sehingga membutuhkan rekam jejak yang sudah terbukti untuk menaikkan pamor. Karena itu banyak yang berangkat dari subkontraktor kemudian menjadi kontraktor utama.

Bisnis kontraktor bangunan memang harus dipertajam dalam beberapa kelas dan spesialiasi, seperti kontraktor rumah tinggal mewah yang nilai pembangunannya di atas Rp5 miliar, rumah tinggal menengah Rp1 miliar-Rp5 miliar per rumah, ruko, dan bangunan komersial seperti hotel, apartemen, mal, perkantoran

Setiap segmen mempunyai kunci sukses yang pada umumnya terdiri dari kualitas, biaya, penyelesaian, keselamatan, dan layanan (quality, cost, delivery, safety and service/QCDSS). Setiap parameter menjadi kunci dalam melayani pelanggan tentunya didukung dengan SDM yang kompeten, manajemen proyek, manajemen mutu dan infrastruktur dalam mewujudkan hal itu.

Kualitas

Komitmen menjaga mutu material menjadi kunci paling awal. Jangan sampai kontraktor dapat untung karena 'mencuri spec'. Hal ini berisiko terhadap bangunan.

Setelah mutu material, maka mutu pengerjaan jadi taruhan. Hal ini bergantung pada keterampilan dan standar kerja yang harus dipenuhi. Mutu pengerjaan memengaruhi mutu bangunan termasuk kerapihan (workmanship) yang menjadi salah satu tolok ukur kepuasan pemilik bangunan, terutama rumah tinggal mewah.

  • Biaya

    Pengendalian biaya proyek menjadi kunci karena kontraktor sudah terikat dengan kontrak dan spesifikasi di depan. Perubahan harga material menjadi risiko bagi bisnis ini terutama untuk proyek besar dan memakan waktu lama dalam pengerjaannya.

    Setiap aktivitas kerja yang menimbulkan pembengkakan biaya harus dikendalikan seperti kerja ulang, lembur, kurangnya koordinasi dengan kontraktor lain dan pemilik, kurangnya pemanfaatan peralatan kerja. Kesemuanya akan menyebabkan tergerusnya laba proyek.

  • Delivery

    Kemampuan manajemen proyek akan memberikan waktu pengerjaan yang tepat, tidak terlambat. Bagi kontraktor bangunan, pemenuhan waktu penyelesaian bangunan penting karena selain pengendalian biaya, sering bangunan sudah direncanakan penggunaannya dalam waktu tertentu, termasuk janji kepada penghuni atau pembeli, bahkan jadwal peresmiaan yang melibatkan banyak pihak. Kemampuan memperpendek waktu pengerjaan dinilai baik asal tidak terjadi pembengkakan biaya.

  • Keselamatan

    Pemilik proyek khususnya bangunan komersial pasti tidak ingin mempunyai citra bahwa bangunannya memakan banyak korban selama pembangunan. Dengan demikian, unsur keselamatan menjadi penting khususnya untuk seluruh pekerja yang terlibat dalam proyek tadi.

    Peralatan dan sistem manajemen keselamatan kerja harus dilakukan dengan ketat dan disupervisi secara konsisten. Untuk parameter ini kita harus belajar dari kontraktor asing yang sudah terbiasa menjalankan manajemen keselamatan.

  • Pelayanan

    Layanan ini dimulai dengan hubungan baik dengan pemilik proyek, manajer sehingga permasalahan yang terjadi dapat diselesaikan bersama, tidak perlu menimbulkan kerancuan dan terminasi proyek. Kedekatan dengan semua level dan fungsi harus dibangun untuk koordinasi dan penyelesaian masalah dengan cepat.

    Kesemua parameter kunci sukses akan bisa diwujudkan bila kontraktor bangunan mempunyai orang kunci yang kompeten, kemampuan melakukan pengendalian proyek di semua faktor dan ditunjang dengan peralatan memadai serta dukungan pemasok material dan sub-kontraktor bila membutuhkan.

    Bila Anda ingin menjual atau membeli bisnis kontraktor bangunan, beberapa faktor kunci adalah:

  • Citra merek

    Merek atau nama baik perusahaan dipertaruhkan selama mengerjakan proyek. Rekomendasi klien lama menjadi kunci sukses. Keunggulan yang dibangun oleh kontraktor yang sudah terbukti menjadikan mereka mempunyai diferensiasi di pasar.

  • Pengendalian proyek:

    emampuan mengendalikan setiap tahapan pekerjaan dalam proyek menjadikan tercapainya profitabilitas setiap proyek yang menjadi sumber profit perusahaan. Ingat yang Anda cari keuntungan, bukan sekadar nilai proyek yang besar tetapi tidak mencetak laba. Kerugian dalam nilai proyek yang besar makin membahayakan keuangan perusahaan.

  • Kompetensi SDM

    Kemampuan mempunyai tim inti SDM berkompeten dan pengorganisasian SDM untuk proyek menjadi keahlian dan jaringan yang harus dimiliki kontraktor bangunan dengan semangat operation excellence.

  • Pengendalian arus kas

    Kalau laba proyek sudah dapat dihitung didepan dan diamankan dengan material yang sudah dibeli maka manajemen proyek menjadikan kunci merealisasikan profit tersebut. Ada hal penting yang menjadi bahaya laten semua kontraktor adalah arus kas. Bagaimana mereka mengamankan arus kas mereka menjadi bagian dari validasi yang dilakukan sebelum membeli bisnis kontraktor bangunan selain aset berwujud dan profitabilitas mereka.

  • Sumber : http://web.bisnis.com

    Bagaimana Memulai Usaha Dari Rumah

    Membuka usaha dari rumah sendiri bisa menjadi salah satu pilihan untuk memulai langkah pertama sebagai pengusaha. Kita ketahui banyak pengusaha sukses yang mengawali karirnya dari rumah. Dan banyak pula perusahaan besar yang awalnya dirintis dari rumah pendirinya.

    Memiliki usaha dari rumah akan menghemat investasi pada tempat / lokasi. Karena tidak perlu menyewa dan tidak perlu membelinya. Kalaupun rumah kita masih ngontrak, rumah yang kita kontrak akan menjadi lebih produktif dan tidak sekadar ditempai untuk tidur semata.

    Di era digital saat ini, peluang untuk membuka usaha dari rumah terbuka sangat lebar. Kita bisa membuka usaha penjualan barang maupun jasa lewat internet. Asal barang dan jasa yang kita jual banyak yang membutuhkan dan web site yang kita buat bisa menjangkau calon pembeli, maka peluang mendulang uang lewat internet sangat terbuka.

    Tidak hanya bisnis melalui internet, bisnis tradisional atau konvensional-pun bisa dimulai dari rumah. Syukur-syukur rumah kita ada di tempat yang strategis, maka kita memiliki kesempatan besar untuk mendatangkan konsumen.

    Tapi bagaimana kalau lokasi rumah kita tidak strategis? Saya kira peluang untuk memiliki dan mengatur usaha dari rumah tetap ada. Berikut ini saya ceritakan salah satu sepak terjang seorang rekanan bisnis kami (rekanan Kios Addina).

    Ia seorang wanita yang memiliki bisnis yang sangat lumayan menurut ukuran saya. Dan dia menjalankannya lewat rumah. Strategi yang ia pakai adalah Konsinyasi, strategi yang mudah bukan?

    Kebetulan, dia memproduksi sendiri beberapa jenis gamis dan makanan ringan. Barang-barang yang ia bikin, ia titipkan ke beberapa kios, toko, dan butik. Bahkan ia menitipkan penjualan makanan ringan ke beberapa pedagang kaki lima.

    Tidak hanya barang buatan sendiri, setiap ada peluang dia juga menitipkan barang-barang yang dia beli dari produsen lainnya. Kuncinya di sini adalah networking dan kemauan untuk menjalin networking yang baru.

    Pada hari-hari tertentu dia keliling dari kios ke kios, dari toko ke toko, dari butik ke butik, dan dari PKL ke PKL lainnya untuk mengecek barang dagangannya, menagih bayaran untuk barang yang laku, dan menitipkan kembali barang-barang baru untuk mengganti yang sudah laku atau menukar dengan barang yang tidak laku.

    Ketika ditanya penghasilannya, dia bilang yach.. lumayan dan tersenyum penuh makna :-) .

    Yang jelas dengan cara ini, dia bisa punya banyak toko tanpa perlu menyewa toko dan tanpa membeli toko. Iapun bisa mengatur sendiri irama bisnisnya.

    Semoga bermanfaat

    Salam

    Fuad Muftie
    Owner Kios Addina
    ©2006 http://fuadmuftie.wordpress.com

    Peluang Budidaya Belut


    Tak heran jika akhir-akhir ini banyak media mengekspos tentang besarnya peluang bisnis budidaya belut. Dan bagi yang terbiasa ‘melek’ di depan internet, mungkin juga tak jarang menemukan sebuah forum yang memperbincangkan tentang gurihnya berbisnis di bidang yang satu ini. Sebenarnya seberapa besar peluang budidaya belut?

    Mengandalkan belut tangkapan dari alam untuk dipasarkan kembali ternyata sudah bukan sesuatu yang mudah lagi. Pasokan yang didapat dengan cara tersebut lama kelamaan semakin menipis. Berangkat dari kenyataan tersebutlah Ardiyan Taufik, pria dari kota Solo yang telah bergelut dalam bisnis ekspor belut semenjak 4 tahun yang lalu, akhirnya mulai merintis budidaya belut. Ia banyak berhubungan dengan para pengepul di berbagai daerah di Tanah Air untuk kemudian dikumpulkan dan dijual ke luar negeri.

    Bisnis budidaya belut sendiri dimulai sekitar 1,5 tahun yang lalu (awal tahun 2006).Berdasarkan pengalaman bisnis budidayanya, menurut Ardiyan budidaya belut terbilang tidak sulit. Pebisnis yang ingin serius menekuni budidaya belut hanya dituntut untuk intens dalam hal perawatan dan pemberian pakan. Sementara dalam pemberian pakan pun, kata Ardian, pakan belut termasuk simpel. Pakan belut itu tidak berhubungan dengan pabrik. “Pakannya bisa keong mas atau bekicot. Jadi tidak tergantung pada pakan hasil pabrik,” ujar Ardiyan. Berdasarkan hitung-hitungan biaya operasional, biaya pakan tersebut menurut Ardiyan hanya menggunakan 15%-20% dari biaya operasional. Jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan komoditas perikanan lain yang biaya pakannya menelan hingga 60% dari biaya operasional.

    Hanya saja menurut Ardiyan, banyak peternak pemula yang belum mengetahui seluk beluk membudidayakan komoditas yang satu ini. Biasanya para pemula akan bersemangat hanya sekitar 1 hingga 5 minggu di awal bisnis budidayanya. Selanjutnya mereka mengira bahwa usaha tidak berhasil karena tidak melihat tanda-tanda kehidupan ternak di siang hari. Padahal belut memang tidak aktif seperti produk perikanan lainnya. “Belut ini hewan malam, dan nyaris tidak kelihatan, tidak seperti ikan,” ujar Ardiyan.

    Berminat budidaya belut, pada dasarnya modal menurut Ardiyan bukanlah yang utama. Jika calon pebisnis memiliki kolam semen, atau bahkan jika tidak ada bisa menggunakan kolam terpal. Sementara untuk bibitnya calon pebisnis bisa memulai dengan berusaha mendapatkan bibit dari sawah. Bibit belut bisa lebih mudah didapatkan di sekitar pertanian organik. Jika tidak bisa didapat dengan cara gratis, sambung Ardiyan, bibit belut sawah bisa didapat dengan harga sekitar Rp25.000/kg.

    Jika dibudidayakan secara intens, bibit belut berukuran sebesar rokok akan membutuhkan waktu sekitar 3 hingga 6 bulan untuk bisa dipanen untuk kemudian dipasarkan. Pilihannya ada pada pebisnis sendiri. Jika ingin dipasarkan secara lokal, biasanya waktu 3, 4 atau 5 bulan cukup untuk budidaya. Sementara untuk pasar ekspor biasanya akan memakan waktu 6 bulan.

    Bicara harga jual juga menarik. Dari hasil panen, Ardiyan bisa mematok harga sekilo belut isi 10 seharga Rp15.000 untuk pasar lokal, bahkan bisa mencapai Rp18.000 di enuser. Sementara untuk pasar ekspor biasanya sekilo isi 10 dengan harga Rp20.000.

    Tentang pasar ekspor belut sendiri, Ardiyan juga lebih tahu. “Coba saja lihat Singapura dan Malaysia, mereka darimana mendapatkan belut, kan tidak ada sawah,” ilustrasi Ardiyan. Jadi jika pun ada pihak-pihak yang pesimis dengan tidak adanya pasar ekspor bagi hasil budidaya belut Tanah Air, menurutnya harus dibuktikan sendiri. Hanya saja pebisnis yang benar-benar menekuni budidaya sekaligus pemasaran seperti Ardiyan, tentu saja tak bisa hanya mengandalkan modal dan ketekunan saja. “Siapa saja bisa berjualan, tapi tentu saja untuk menembus tempat yang dituju Kita harus mengembangkan relasi,” tutur Ardiyan. (SH)

    Sumber : http://www.wirausaha.com

    Cara Mudah Memulai Bisnis / Usaha Sambilan

    Untuk memulai usaha atau bisnis janganlah menunggu kondisi yang ideal. Modal yang cukup, lokasi yang strategis, karyawan yang cakap, waktu yang luang untuk memulai bisnis adalah kondisi yang ideal. Dan untuk mendapatkan semuanya dalam waktu yang bersamaan tentu butuh pengorbanan yang lebih besar.

    Apalagi bagi kita-kita yang masih berstatus sebagai karyawan di tempat lain, menunggu kondisi ideal bisa menjadi pilihan yang sulit.

    Salah satu pilihan bagi seorang karyawan untuk memiliki bisnis sendiri adalah membuka usaha sambilan. Sehingga kita bisa tetap bekerja dan mendapatkan gaji. Dan kita berusaha mendapatkan tambahan penghasilan lewat usaha yang kita rintis.

    Membuka usaha sambilan bisa menjadi pilihan yang menyenangkan kalau kita bisa menentukan jenis usaha dan skala usaha sesuai minat dan kemampuan kita. Kalau memang kita punya kondisi yang ideal, pilihan untuk membuka perusahaan, membuka toko, atau mengambil franchise adalah pilihan yang tepat.

    Tapi bagi yang belum berani untuk mengambil resiko dengan membuka toko sendiri, ada satu pilihan yang mudah untuk segera memulai usaha, yaitu dengan sistem KONSINYASI.

    Dengan sistem konsinyasi kita menitipkan barang dagangan kita ke toko, kios, atau minimarket / supermarket orang lain. Kita tidak perlu memiliki toko sendiri dan tidak perlu memiliki karyawan sendiri. Jelas akan menghemat banyak biaya. Kita hanya perlu menanamkan modal pada barang dagangan dan investasi waktu plus tenaga untuk menawarkan ke toko orang lain. Barangnyapun tidak harus buatan sendiri, bisa barang yang kita beli grosiran kemudian kita titipkan ke beberapa toko.

    Kesepakatan Konsinyasi bisa fleksibel, untuk toko-toko kecil seperti kios kami, cukup dilakukan secara kekeluargaan / musyawarah mufakat dan dengan kesepakatan yang lebih mudah. Berapa barang yang ditaruh, berapa harganya, kapan mau dicek, kapan dilakukan pembayaran, dan kesepakatan lain dibicarakan bersama dan setelah deal atau kedua pihak sepakat maka Konsinyasi bisa dijalankan. Ada baiknya kesepakatan ini dilakukan secara tertulis (dan memang seharusnya tertulis) meskipun dalam format yang sederhana, sehingga jika ada perselisihan, sudah ada pedomannya.

    Untuk menitipkan barang ke perusahaan yang sudah besar (minimarket atau supermarket) tentu persyaratannya lebih ketat. Pihak supermarket sudah menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi.

    Pengalaman di kios kami (Kios Addina), setelah terlihat tokonya hidup (banyak pelanggan dan banyak transaksi), ternyata banyak yang datang menawarkan konsinyasi. Awalnya kami sangat berhati-hati, ada rasa khawatir barangnya nanti tidak laku. Tapi Alhamdulillah banyak barang konsinyasi yang berhasil terjual di kios kami.

    Barang yang ditawarkan ke Kios kami juga beragam. Awalnya hanya jilbab dan produk serupa, kemudian ada yang menawarkan minyak wangi, dan bahkan sekarang ada yang menitipkan tas wanita. Para pemilik barang yang menitipkan di kios kami, secara berkala mengecek barangya laku atau belum, perlu ditambah atau belum. Kadang juga cukup dilakukan dengan SMS dan jika sudah laku, pemilik barang datang ke kios kami untuk menerima pembayaran barangnya yang laku.

    Terus bagaimana kalau barang tidak laku? Pemilik barang biasanya menukar dengan barang lain dan mungkin barang yang tidak lakuk di kios kami bisa dan mungkin sekali laku di tempat lain. Jadi kalau mau menitipkan barang konsinyasi sebaiknya jangan hanya ke satu toko. Kalau bisa menitipkan barang ke banyak toko, sama saja kita punya toko banyak tanpa harus sewa toko, tanpa harus membayar karyawan, dan uangpun mengalir…

    Sumber : http://fuadmuftie.wordpress.com

    Mantan Copet yang jadi Wirausahawan

    Suatu ketika, saat berangkat ke tempat kerja, secara tidak sengaja saya berjumpa dengan seseorang yang berhasil merubah jalan hidupnya secara drastis.

    Pagi itu saya menumpang bus Restu jurusan Ponorogo-Surabaya, yang sering saya tumpangi bila berangkat menuju tempat kerja di Surabaya.

    Kebetulan bus tersebut lumayan penuh penumpang seperti saya, para pekerja komuter yang bekerja di Surabaya tetapi tinggal di daerah Mojokerto-Jombang. So, tidak begitu banyak lagi kursi kosong yang tersisa.

    Setelah mencari-cari sebentar, akhirnya ketemu juga kursi yang masih kosong. Saya kemudian duduk di kursi deretan nomor 3 dari depan, di sisi sebelah kanan yang berisi tiga kursi.

    Di sebelah saya duduk seorang bapak dengan membawa anak perempuannya, yang kira-kira berusia tujuh tahun. Gadis kecil itu tampak begitu manja kepada bapaknya, karena berulang kali ia bergelayut di bahu bapaknya, sambil membawa minuman susu kotak.

    Sambil asyik minum susu kotak, sesekali gadis kecil memandang saya, sementara bapaknya diam saja sambil terus memandang kedepan.

    Karena hari itu bukan hari libur dan bukan masa liburan sekolah, iseng-iseng saya tanya,”Tidak sekolah dik ?”

    Gadis kecil itu hanya tersenyum, lalu memandang bapaknya.

    Sang bapak yang mendengar pertanyaan itu kemudian tersenyum kepada saya sambil berkata “Mbolos mas, sekali-kali kan ndak apa-apa “

    “Habis, kalo tahu bapaknya lungo pasti minta diajak” (Lungo = Bepergian. Bhs Jawa)

    “Pergi kemana pak ?”, tanyaku

    “Ke Surabaya”

    “Saya juga kesana kok, kan saya kerja di Surabaya”, jawab aku sekenanya

    “Kok ibunya ndak ikut ?” tanyaku lagi

    “Ibunya di rumah, jaga kalo ada orang setor”

    “Emang setor apa?”

    “Setor plastik bekas”

    “Ooo begitu”.

    “Waktu muda dulu, saya pernah tinggal di Surabaya mas”, katanya seakan bernostalgia.

    “Tiap hari keluyuran di Terminal Bungurasih”, tambahnya.

    “Lho, ngapain pak ?”, saya jadi tertarik untuk bertanya lebih jauh.

    “Nyopet mas, tapi setelah kawin dan punya anak, saya insyaf ”

    “Kerja kayak gitu emang gampang cari duitnya, tapi nyusahkan orang sehingga bikin hidup keluarga kami nggak berkah “

    “Lagian saya juga tidak ingin memberi makan anak saya dengan uang haram” lanjutnya lagi.

    “Terus, bapak kerja dimana ?” tanyaku

    “Karena saya tidak sempat tamat SMP, akhirnya cuma bisa jadi pemulung di Surabaya. Itu saya jalani selama 3 tahun, tapi karena nggak ada perkembangan, saya pulang ke daerah asal istri saya, di Nganjuk.”

    “Di sana saya kumpulkan para pemulung supaya setor ke saya, terus memulai usaha jadi pengepul sampah plastik untuk dikirim ke pabrik plastik”

    “Plastik apa saja yang disetorkan?”

    “Macam-macam mas, mulai dari bekas gelas aqua, botol plastik, keranjang plastik, timba, tas kresek, sampai polybag bekas pertanian”

    “Pokoknya hampir semua sampah yang berbahan plastik ”

    “Terus langsung dijual ke pabrik ?” tanyaku

    “Ya ndak, musti disortir, dibersihkan, terus digiling sampai hancur”

    “Setelah itu baru bisa dikirim ke pabrik plastik”

    “Wah, saya benar-benar salut dengan bapak deh”, kataku terus terang.

    Wajahnya tampak sumringah (cerah = Bhs Jawa) saat mendengar ucapan saya.

    “Alhamdulillah mas, rezeki memang selalu ada kalau kita terus menerus berusaha dan berdoa”, jawabnya.

    “Jadi tidak perlu nyopet, mencuri apalagi korupsi untuk cari rezeki”

    “Sekarang saya sudah bisa mempekerjakan 2 orang tetangga saya buat menyortir dan menggiling plastik di rumah” tambahnya lagi.

    “Pak, suka duka bisnis sampah plastik gimana sih?”

    “suka-nya, permintaan plastik selalu ada. Buktinya pabrik plastik juga banyak kok. Bahan baku sampah plastik juga bertebaran dimana-mana, hampir di tiap tong sampah”

    “Jadi jangan kuatir kekurangan bahan baku atau tidak bisa memasarkannya”

    “Kita tinggal pandai-pandai mencari peluang, mengumpulkan pemulung agar mau kirim ke kita, menyortir sampah, digiling, terus dijual ke pabrik. Sederhana saja kok mas “

    “kalau duka-nya”, tanyaku.

    “Duka-nya, kadang pemulung yang setor suka main curang. Misalnya sampah polybag diisi tanah lumpur biar tambah berat”

    “Terus mereka suka kasbon, terus gak pernah setor lagi alias kabur”

    “Kadang ada yang sudah dimodali sepeda pancal, tapi malah setor barang ke orang lain”

    “Adakalanya pabrik juga suka mengulur-ulur pembayaran, padahal modal saya kan terbatas”

    “Tapi itu ndak semuanya kok, buktinya saya masih bisa kerja sampah plastik mas”, katanya.

    Singkat cerita, pagi itu saya beruntung mendapatkan teman seperjalanan yang enak diajak ngobrol hingga tak terasa bus memasuki gerbang terminal Bungurasih.

    “Parkir-parkir !!”, teriak kenek bus mengingatkan pemnumpang yang biasa turun di dekat penitipan motor. Langsung saja aku berdiri dari kursi, siap-siap untuk turun dari bus.

    “disini masih ada beberapa teman saya yang masih belum insyaf, dan yang muka-muka baru juga banyak lho”, katanya padaku

    “Makanya hati-hati kalo di terminal Bungurasih ya?”, tambahnya mengingatkan saya.

    “Terima kasih pak!”, jawab saya saat kami berpisah.

    Sambil berjalan menuju tempat penitipan motor terminal Bungurasih dimana saya biasa menitipkan motor saat pulang ke rumah, saya mengingat-ingat semua percakapan saya saat di bus Restu.

    Oh my God, ternyata sekalipun seorang copet, asal dia berani membuat keputusan untuk merubah nasib, niscaya pasti Engkau berikan padanya kesempatan untuk memiliki jalan hidup yang lebih baik.

    So, bagaimana menurut anda ?

    Sumber : http://jadilah-wirausahawan.blogspot.com

    Prospek Bisnis Cacing, Anda tertarik ?

    Cacing.

    Anda pasti paham betul dengan hewan yang satu ini.

    Bahkan sebagian dari anda pasti geli, jijik, takut, atau bahkan phobia sehingga tak sungkan untuk berteriak kaget, bahkan mengumpat-umpat bila secara tidak sengaja bersentuhan dengan “kaum cacing” dan sebangsanya.


    Tentu saja saya tidak akan membahas cacing dalam tataran ilmu biologi kehewanan, karena saya terus terang bukan guru biologi atau dalam konteks yang lebih berbau science, sekalipun dulu saya sempat menikmati bangku kuliah di fakultas peternakan Unibraw Malang, ha..ha..ha..

    Disini saya ingin bercerita tentang sisi bisnis dari salah satu keluarga cacing, yang umumnya dipakai oleh orang-orang yang bergelut dengan dunia budidaya ikan.

    Jika anda termasuk penggemar ikan hias atau pembibit lele, anda pasti paham betul dengan jenis cacing ini.

    Ya, anda benar sekali. Cacing sutra alias cacing merah.

    Begini ceritanya :


    Hampir setiap malam, saya melihat 2 - 3 mobil pickup chevrolet membawa muatan berisi nampan-nampan plastik berisi air dan daun-daun semacam kangkung, ditata pada wadah dari susunan bilah bambu yang ditumpuk rapi, kemudian diikat tali karet ban supaya tidak tumpah saat perjalanan.

    Semula saya kira mereka sedang mengangkut bibit tanaman sayur untuk dibawa ke daerah pegunungan, yang jalurnya memang melewati depan rumah yang saya tempati. Berbulan-bulan, saya cuek aja dengan pemandangan itu. Terlebih kalo melihat mobil yang dipakai tergolong mobil butut, yang biasanya dipakai untuk mengangkut hasil kebun,…he..he..

    Hingga beberapa hari yang lalu, saat saya baru aja menjemput istri saya dari tempat kerjanya, ada satu mobil chevrolet yang parkir tepat didepan pintu pagar rumah. Untung saja masih ada sedikit ruang bebas untuk memasukkan motor ke garasi.


    Sambil basa-basi, saya bertanya pada sopir yang duduk sambil merokok didepan kemudi: “Lagi nunggu teman ya pak?”

    Jawab dia : “Nggih mas” (Nggih = Iya dlm bahasa Jawa Halus)

    “Bawa bibit apa pak”, tanya saya

    “Bukan bibit, tapi cacing”, jawabnya

    Busyettt!, dalam hatiku. Jadi anggapanku selama ini adalah salah total !

    “Cacing apa pak?”

    “Cacing merah, itu yang biasa buat pakan ikan “

    “Buat pakan bibit lele atau ikan hias”, tambahnya lagi.

    Dasar kepingin tahu, langsung aja aku cecar dengan pertanyaan-pertanyaan lagi.

    “Oooo, terus ambilnya dari mana pak ?” tanyaku

    “Dari pengepul di Surabaya

    “Dikirim kemana ?”

    “Ini lagi ngirim ke Kediri, kapan hari kemarin kirim ke Tulungagung”

    “Tiap hari pak ?”

    “Nggih mas, rata-rata 2 mobil perhari”

    “Satu mobil isi berapa kilo pak ?”

    “Bukan satuan kilo mas, tapi pake nampan plastik berisi cacing ukuran 1 kaleng susu krim”

    “Ooo, begitu ya”

    “Satu mobil isi 750 nampan “

    “Sekaleng berapa belinya ?”

    “Di pengepul harganya seribu rupiah”

    “Terus disana dijual berapa ?”

    “Di level agen dihargai seribu enam ratus, terus sama agen dijual dua ribu ke pengecer”

    “Wah, kalo gitu lumayan juga bisnis cacing ya?”

    “Alhamdulillah mas, ini udah jalan 15 tahun lebih”

    “Apalagi waktu kemarin pas rame-ramenya bisnis ikan Lou Han”, tambahnya lagi.

    “Pak, emang di Kediri tidak ada cacing merah, kok sampe kirimnya dari Surabaya ?”

    Ada sih, tapi tidak sebanyak di Surabaya. Disana kan banyak got dan saluran limbah dari pemukiman dan pabrik”

    “Ooo, begitu ya”

    “Emang tidak bisa diternakkan di Kediri ?”

    “Waah, kayaknya belum bisa…”

    “Kalau di Surabaya kan tinggal ambil dari sungai”, tambahnya

    Tak lama kemudian datanglah mobil temannya. Sama-sama butut, dan membawa muatan serupa.

    “Sampun mas, saya berangkat dulu” katanya, sambil menghidupkan mesin mobil.

    “Monggo-monggo” kata saya. (Monggo = Silahkan dlm bahasa Jawa)


    Wah, benar-benar gak nyangka deh kalo cacing aja bisa dibuat jadi bisnis yang menjanjikan.

    Coba kita hitung secara kasar :

    Anggap saja sebulan 25 kali pengiriman.

    Modal beli cacing ke pengepul mobil = 750 kaleng @ Rp.1000,- = Rp.750.000.,-

    Harga jual ke agen = Rp.1600,- x 750 = Rp.1.200.000,-

    Jadi keuntungan kotor dalam sebulan = 25 x (Rp.1.200.000 - Rp.750.000) = Rp.11.250.000,-

    Ini masih harus dikurangi dengan biaya-biaya tiap pengiriman sebagai berikut :

    Biaya pengiriman Solar +/- 30 liter@ Rp.4.300,- = Rp.129.000,-

    Uang makan buat sopir + kenek, anggap aja = Rp.30.000,-

    Maka biaya kirim sebulan = 25 x (129.000 + 30.000) = 3.975.000

    Gaji Sopir + Kenek = Rp. 2.000.000,- / bulan

    Biaya perawatan mobil sebulan diasumsikan Rp.750.000,-

    Total biaya sebulan = Rp.6.725.000,-

    So, masih ada keuntungan bersih = Rp. 4.525.000,-

    Itu kalo kirimnya 1 mobil, bayangkan aja kalo 2 atau 3 mobil,..

    So, bagaimana menurut anda ?

    Sumber : http://jadilah-wirausahawan.blogspot.com