Beberapa Info bagi yang berminat :

Sabtu, 09 Mei 2009

Bisnis Franchise Cireng Tembus 36 juta/ bulan

cireng

cireng

Mungkin Anda sudah tidak asing lagi dengan sajian makanan khas Bandung yang terbuat dari aci goreng (cireng-red). Namum makanan yang terkenal murah ini, sekarang telah mengalami sentuhan inovasi luar biasa. Adalah Ani Rohaeni (48) ibu rumah tangga warga Jl Cemara Bandung ini telah berhasil membuat sebuah inovasi cireng. Hasil inovesi dan coba-coba itu, ternyata laris manis dan sukses di pasaran.

Berawal dari hobinya yang suka jajan cireng, ia membuat cireng yang lain dari biasanya baik dari bentuk, isi dan citra rasanya yang khas sehingga mengguggah selera para penikmat jajanan ini. Ibu dua anak ini berhasil meraup hasil yang manis dari usahanya yang ia dirikan sejak 1992 lalu. Ia mengenalkan produknya dengan nama The Cireng Rampat yang sekarang sudah menyebar luas di wilayah kota kembang ini.

Kenapa cireng ini bisa dibilang penuh inovasi? Tentu saja jika dilihat dari bentuknya dan rasa juga berbeda sebab lebih besar dan dijamin lebih enak , Isinya pun jangan ditanya, ada yang rasa manis, pedes dan asin.Menurutnya ada delapan pilihan rasa; daging sapi, sosis, bakso, kacang, kornet, keju, rasa ayam, dan oncom. Harga cireng buatannya ini dijual sesuai dengan kocek para “penggila” jajanan Bandung yakni Rp. 1.200 sampai Rp. 2.000. Sedangkan cirri khasnya sendiri ialah ia selalu menggunakan adonan yang berkualitas baik dan yang paling utama ada rasa pedasnya yang khas sehingga menimbulkan sensasi di mulut. Di samping itu cireng buatanya lebih crispy karena digoreng lebih kering.

Sementara para penggemar cireng ini bukan hanya di Bandung saja bahkan selebritis kenamaan sekelas Tukul Arwana saat mengisi acara di BSM beberapa waktu lalu sempat mencicipi Cireng Rampat ini. Untuk menghindari peniruan ia mendaftarkan produknya itu, guna mendapatkan hak paten. Walhasil produknya telah dipatenkan dengan Produk Ani Rohaeni.

Dikembangkan secara franchise

Keberhasilnya dalam inovasi cireng ini terbukti bahwa franchise bukan hanya milik produk makanan cepat saji saja, namum cireng ini turut laris menjadi franchise. Bisnis panganan ini kini banyak gerai atau tempat yang menjual cireng modern.

Manajer Pemasaran The Cireng Rampat Sulistiyanto mengatakan, gerai franchise cireng, sudah tersebar sebanyak 51 di seluruh kota Bandung bahkan sampai merambah Bogor, Garut, sukabumi, dan Banjaran yang masing-masing kotanya terdapat 10 gerai.

Setelah dilakukan sistem franchise ternyata sambutannya lumayan bagus oleh warga Bandung dengan bayaknya peminat yang ingin membuka usaha tersebut. Untuk membuka franchise ini cukup menyetorkan uang Rp. 3,5 juta langsung bisa berjualan, sebab semuanya sudah disediakan. Sedangkan untuk luar kota , jumlah uang invesrasi yang harus disetorkan Rp. 5 sampai Rp. 7 juta.

Mengenai omsetnya per hari lanjutnya, rata-rata satu gerainya bisa menjual antara 3.00 sampai 1.000 buah cireng. Maka omzet penjualan pun bisa mencapai Rp. 36 juta setipa bulannya

Dari pantauan karir-up di lapangan, bisnis ini pun bukan hanya dilakukan oleh kalangan pengusaha saja. Salah satunya, kalau Anda melalui Mesjid Salman ITB, nampak beberapa Mahasiswi sedang menjual cireng. Ada juga mahasiswa yang menjual cireng bersama ibu yang lanjut usia. Ternyata ada kisah di balik cireng dan mahasiswa ini.

Keberadaannya bukan tanpa alasan. Mereka ada hubungannya dengan awal penjualan Cireng Premium ini. Anna mahasiswa (pedagang cireng red) mengatakan, cireng ini merupakan inovasi seorang mahasiswa angkatan 2003. Karena kalau dijual sendiri sulit dimonitor, maka penjualan cireng ini dititipkan ke si ibu penjual cireng sekarang. Ibu ini dipilih karena ia tidak mencari kesempatan menjual dagangannya di tengah bantuan yang datang dari orang lain. Selain keebaikanya dan keterbukaannya, tidak seperti pedagang lainnya. Jadilah, sang ibu mendapat kepercayaan untuk menjajakan cireng premium ini. Singkat kata, Anna dan teman-temannya berhasil mengangkat kehidupan ekonomi sang ibu lewat cireng ini.

Mengenai penamaan Cireng Premium ini Anna menjelaskan karena harga yang disandangnya cukup mahal, yakni Rp 1.000 per cireng. Bandingkan dengan Rp 333,33 yang biasa dijual tukang gorengan.

Alasan harganya premium menurutnya karena isinya lain dari biasanya, diantaranya keju, ayam pedas, kornet pedas, kornet Tidak pedas, dan sosis pedas. Bentuknya pun bervariasi. Ada segitiga, bulan sabit, bundar, bahkan shuriken. Sepertinya, bentuk tersebut digunakan penjual cireng untuk mengenali jeroan cireng. Rasanya pun Cukup memberikan sensasi, walaupun cireng tetap cireng meski dibalut bahan lain. Namun jangan salah, dari hasil observasi, cukup banyak penggemar cireng ini. Bahkan penikmat cireng ini seringkali datang berkelompok untuk menikmatinya di Taman Ganesha. Artinya, rasa Cireng Premium ini patut diperhitungkan.

Menurut Adi (28) penggemar cireng mengatakan, apa yang dilakukan Anna dan teman-temannya merupakan salah satu solusi yang tepat dalam menangani jumlah pengemis yang semakin membengkak di Bandung ini. Dalam peribahasa, dari pada memberi para pengemis “ikan”, lebih baik memberi “kail” yang dapat digunakan untuk memancing “ikan”. Saya angkat topi untuk mereka! Jadi kapan anda akan memulai berinovasi ?

(Rahmat Saepulloh)

Sumber : http://www.karir-up.com

2 komentar: